Batik Tenun Ulap Doyo Tenunan Khas Suku Dayak Benuaq,Kalimantan Indonesia
Batik Tenun Ulap Doyo Tenunan Khas Suku Dayak Benuaq,Kalimantan Indonesia
Siapa yang tidak mengenali Batik?
Tentu, Kita semua bukan saja mengenalinya,malah telah menggunakannya sejak dari
zaman nenek moyang kita dahulu lagi dalam pelbagai variasi bentuk meterialnya.
Jangan sebut warga Kepulauan Nusantara ini kalau tidak mengenal batik. Tiap daerah dan negeri pasti mempunyai motif batik sendiri-sendiri. Misalnya Batik Pekalongan,Central Java, Indonesia yang di kenal dengan Motif Batik Pelangi. Begitu juga dengan daerah bagian Indonesia yang lain, dari Sabang diujung Pulau Sumatera hingga di Merauke Pulau Papua (Pulau Irian Jaya) di sebelah ujung Timur Indonesia masing-masing punya motif batik yang sesuai dengan daerah tersebut.
Jangan sebut warga Kepulauan Nusantara ini kalau tidak mengenal batik. Tiap daerah dan negeri pasti mempunyai motif batik sendiri-sendiri. Misalnya Batik Pekalongan,Central Java, Indonesia yang di kenal dengan Motif Batik Pelangi. Begitu juga dengan daerah bagian Indonesia yang lain, dari Sabang diujung Pulau Sumatera hingga di Merauke Pulau Papua (Pulau Irian Jaya) di sebelah ujung Timur Indonesia masing-masing punya motif batik yang sesuai dengan daerah tersebut.
(Tenun Ulap Doyo atau Kain Ulap Doyo )
Tidak terkecuali Pulau Kalimantan.Di beberapa
Provinsi Kalimantan juga memiliki pelbagai motif batik, beberapa diantaranya
Motif Batang Garing dan Mandau. Namun ada satu batik dari Kalimantan ini dimana
proses pembuatannya memerlukan proses yang lama yaitu di tenun.Dalam bahasa
suku Dayak Ulap itu bermakna tenun/menenun
Tenun Ulap Doyo atau Kain Ulap Doyo merupakan seni menenun kain dari Suku Dayak Benuaq di Tanjung Isuy, Kabupaten Kutai, Samarinda, Kalimantan Timur. Disebut Doyo kerana bahan utamanya tidak dihasilkan dari benang atau kapas tapi dari serat Daun tanaman Doyo.[1]
Daun Doyo dipilih sebagai bahan tenun kerana seratnya yang kuat untuk dijadikan benang. Perempuan Suku Dayak Benuaq membuat tenun dalam bentuk pakaian, tas/beg, kemeja, celana, dompet, dan lain sebagainya.Tamanan doyo adalah tanaman menyerupai sejenis tanaman Anggrek yang hanya tumbuh di daerah Kalimantan.
Tenun Ulap Doyo atau Kain Ulap Doyo merupakan seni menenun kain dari Suku Dayak Benuaq di Tanjung Isuy, Kabupaten Kutai, Samarinda, Kalimantan Timur. Disebut Doyo kerana bahan utamanya tidak dihasilkan dari benang atau kapas tapi dari serat Daun tanaman Doyo.[1]
Daun Doyo dipilih sebagai bahan tenun kerana seratnya yang kuat untuk dijadikan benang. Perempuan Suku Dayak Benuaq membuat tenun dalam bentuk pakaian, tas/beg, kemeja, celana, dompet, dan lain sebagainya.Tamanan doyo adalah tanaman menyerupai sejenis tanaman Anggrek yang hanya tumbuh di daerah Kalimantan.
Sejarah[2]
Tenun Ulap Doyo
diperkirakan telah ada dan berkembang sebelum abad ke-17. Dahulu, motif Tenun
Ulap Doyo bisa dijadikan pertanda/ciri atau identiti sosial seseorang.
Contohnya motif jaunt nguku digunakan oleh kaum mantiq (bangsawan/raja)
dan motif waniq ngelukng digunakan oleh golongan marantikaq (orang
biasa)
NILAI DAN MAKNA
Tenun Doyo merupakan salah satu wujud ekspresi dari keyakinan masyarakat suku Dayak Benuaq, di Kalimantan Timur. Tenun Doyo dapat digunakan oleh para lelaki maupun perempuan dalam acara adat, tari-tarian, dan dalam kehidupan sehari-hari suku Dayak Benuaq. Tenun Doyo yang dikenakan sehari-hari berwarna hitam, sedangkan Tenun Doyo yang berwarna-warni dan bermotif digunakan dalam upacara-upacara adat.
Penggunaan motif dan ragam hias memiliki nilai estetika dan nilai fungsinya yang bersifat rohaniah.Misalnya, motif naga melambangkan kecantikan seorang wanita, motif limar atau motif perahu melambangkan kerjasama, motif timang atau harimau melambangkan keperkasaan seorang lelaki, motif tangga tukar toray atau tangga rebah bermakna melindungi usaha dan kerjasama masyarakat, dan berbagai motif yang lain
Penggunaan warna juga mengandungi makna simbolik tertentu.Misalnya, warna hitam pada daster dan sarung atau kain panjang artinya adalah pemakainya memiliki kemampuan dalam menolak sihir hitam (sihir jahat). Jika pada warna hitam tersebut terdapat garis-garis putih, maka menandakan bahwa pemakainya dapat mengobati segala bentuk sihir dan juga dapat mengobati segala bentuk penyakit.
RAGAM
Dalam berbagai upacara adat, misalnya upacara kematian, pengobatan, upacara panen hasil bumi, dan sebagainya, kaum perempuan menggunakan Ulap Doyo yang kainnya panjang (tapeh). Agar bebas bergerak, Ulap Doyo diberi belahan, apabila dikenakan, belahan tersebut berada di bagian belakang.
Biasanya Tenun Ulap Doyo dibuat dalam tiga warna, yakni: merah, hitam, dan cokelat muda. Merah berasal dari buah Buah Glinggam, Kayu Oter, dan Buah Londo, dan warna coklat muda berasal dari Kayu Uwar.
Motif yang digunakan biasanya motif flora, fauna, dan alam mitologi. Batu Lado, Biji buah Glinggam, Daun Putri Malu, Umbi Kunyit, Getah Akar, dan Kayu Oter digunakan sebagai bahan baku pewarna motif Tenun Ulap Doyo.
Serat dari Daun Doyo diproses di dalam air selama satu minggu. Serat-serat kuat yang dihasilkan di pintal, disambung satu demi satu hingga menjadi gulungan-gulungan benang yang siap di tenun.
Source;
[1]LionMag via/archive.isstyle
[2] id.wikipedia.org/wiki/Tenun_Ulap_Doyo
No comments
Post a Comment