#The Ladies of War; Rohana Kudus Pahlawan Wanita Asal Minangkabau

Rohana Kudus,pahlawan perempuan asal Minangkabau yang sudah menyebarkan ideanya secara langsung melalui media akhbar yang beliau terbitkan sendiri.


<img src="Rohana Kudus.jpg" alt="#The Ladies of War; Rohana Kudus Pahlawan Wanita Asal Minangkabau ">

#The Ladies of War; Rohana Kudus Pahlawan Wanita Asal Minangkabau

Assalamualaikum,wm,wb.
Pada artikel sebelum ini bertajuk; #The Ladies of War; Keumala Hayati,Panglima Muslimah Aceh Yang Bikin Gerun Ratu Elizabeth.


Dimana opini dan argumen masyarakat dan para cendekiawan Indonesia yang sebahagiannya membantah pencitraan dan terlalu meng-gadang-gadangkan sosok wanita bernama Raden Ajeng Kartini,sepertinya melencongkan fakta sejarah bangsa ini dari fakta yang sewajarnya.


Selain Kartini, banyak lagi wanita Indonesia yang berasal dari pelosok Nusantara layak ditokohkan dan diteladani . Memetik tulisan Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar, di artikel “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita” dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), mengatakan bahwa kita mengambil alih Kartini sebagai lambang 'Emansipasi Wanita' di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang sejatinya mengembangkannya lebih lanjut.
(Padahal negeri ini mempunyai ramai tokoh pejuang wanita
dengan kegagahan dan keperkasaan mereka masing-masing,yang tidak kurang hebatnya dari RA.Kartini-pen)


Contohnya Rohana Kudus , pahlawan perempuan asal Minangkabau yang sudah menyebarkan ideanya secara langsung melalui media akhbar yang beliau terbitkan sendiri .

Rahmah el Yunusiah alhafizhah,pendiri pesantren wanita pertama..
Pendiri pesantren Diniyyah Putri di Padang Panjang.Sumatera Barat.

Siti Manggopoh,berasal dari daerah Lubuk Basung,Daerah Agam.BukitTinggi,Sumatera Barat.Jika dibandingkan jasanya sangat.jauh diatas RA.Kartini.
Ia pernah mengobarkan perlawanan terhadap kolonialis Belanda dalam perang yang dikenal sebagai Perang Belasting (perlawanan terhadap kebijakan ekonomi Belanda melalui cukai uang-belasting)

Dan yang lainnya saya tulis dulu secara ringkas misalnya Dewi Sartika,wanita tangguh yang mendirikan sekolah di Pasundan( kini disebut Jawa Barat) yang membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia Belanda .

Martha Tiahahu,
Pejuang perempuan asal Desa Abubu di Pulau Nusalaut Maluku.Indonesia Timur.

Dan wanita tangguh pejuang2 Aceh,terutama Cut Nyak Dhien,Malahayati,Tengku Fakinah,Cut Mutia, Pocut Baren, Pocut Meurah Intan.

Sekelumit Kisah Pejuang Wanita Tangguh Yang Dimiliki Ibu Pertiwi.

Untuk pada kali ini,saya coba menampilkan pejuang perempuan dari daerah Minangkabau yang terkenal dengan kekuatan Islam dan Adatnya " Adat bersendi Syara'-Syara'bersendi Kitabullah"-beliau adalah Rohana Kudus (lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 20 Disember 1884 – wafat di Jakarta, 17 Ogos 1972 pada umur 87 tahun)

Rohana Kudus adalah generasi awal sebagai wartawan Indonesia. Ia lahir dari ayahnya yang bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan ibunya bernama Kiam. Rohana Kudus adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dan juga mak tuo (bibi) dari penyair terkenal Chairil Anwar.


Ia pun adalah sepupu H. Agus Salim.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia ke-3(19471949) Rohana hidup pada zaman yang sama dengan RA.Kartini, dimana akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi. Rohana adalah perdiri surat khabar perempuan pertama di Indonesia.

                                              Credit Photo;FOTO http://alchetron.com/


Latar belakang.

Rohana adalah seorang perempuan yang mempunyai komitmen yang kuat pada pendidikan terutama untuk kaum perempuan. Pada zamannya Rohana termasuk salah satu dari segelintir perempuan yang percaya bahwa diskriminasi terhadap perempuan, termasuk kesempatan untuk mendapat pendidikan adalah tindakan semena-semena dan harus dilawan. Dengan kecerdasan, keberanian, pengorbanan serta perjuangannya Rohana melawan ketidakadilan untuk perubahan nasib kaum perempuan.


Walaupun Rohana tidak bisa mendapat pendidikan secara formal, namun ia rajin belajar dengan ayahnya, seorang pegawai pemerintah Belanda yang selalu membawakan Rohana bahan bacaan dari kantor. Keinginan dan semangat belajarnya yang tinggi membuat Rohana cepat menguasai materi yang diajarkan ayahnya.

Dalam umur yang masih sangat muda Rohana sudah bisa menulis dan membaca, dan berbahasa Belanda. Selain itu ia juga belajar abjad Arab, Latin, dan Arab-Melayu. Saat ayahnya ditugaskan ke Alahan Panjang
,Rohana bertetanga dengan pegawai Belanda atasan ayahnya. Dari istri pegawai Belanda itu Rohana belajar menyulam, menjahit, merenda(crochet), dan merajut yang merupakan keahlian perempuan Belanda. Disini ia juga banyak membaca majalah terbitan Belanda yang memuat berbagai berita politik, gaya hidup, dan pendidikan di Eropah yang sangat digemari Rohana.

Pendidikan dan wirausaha

Berbekal semangat dan pengetahuan yang dimilikinya setelah kembali ke kampung di Koto Gadang, Kabupaten Agam,Suimatera Barat dan menikah pada usia 24 tahun dengan Abdul Kudus yang berprofesi sebagai notaris. Rohana mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia.(Bunda Setia)

Di sekolah ini diajarkan berbagai keterampilan untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan, tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda. Banyak sekali rintangan yang dihadapi Rohana dalam mewujudkan cita-citanya. Jatuh bangun memperjuangkan nasib kaum perempuan penuh dengan benturan sosial menghadapi pemuka adat dan kebiasaan masyarakat daerahnya di Koto Gadang, bahkan fitnahan yang tak kunjung menderanya seiring dengan keinginanya untuk memajukan kaum perempuan.
Namun gejolak sosial yang dihadapinya justru membuatnya tegar dan semakin yakin dengan apa yang diperjuangkannya.


Selain berkiprah di sekolahnya, Rohana juga menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda karena ia sering memesan peralatan dan keperluan jahit-menjahit untuk kepentingan sekolahnya. Disamping itu juga Rohana menjadi perantara untuk memasarkan hasil kerajinan muridnya ke Eropah yang memang memenuhi syarat eksport. Ini menjadikan sekolah Rohana berasas industri rumah tangga serta koperasi simpan pinjam dan jual beli yang anggotanya semua perempuan yang pertama di Minangkabau.


Banyak petinggi Belanda yang kagum atas kemampuan dan kiprah Rohana. Selain menghasilkan berbagai kerajinan, Rohana juga menulis puisi dan artikel serta fasih berbahasa Belanda. Tutur katanya setara dengan orang yang berpendidikan tinggi, wawasannya juga luas. Kiprah Rohana menjadi topik pembicaraan di Belanda. Berita perjuangannya ditulis di surat kabar terkemuka dan disebut sebagai perintis pendidikan perempuan pertama di Sumatera Barat.


Keinginan untuk berbagi cerita tentang perjuangan memajukan pendidikan kaum perempuan di kampungnya ditunjang kebiasaannya menulis berujung dengan diterbitkannya surat kabar perempuan yang diberi nama Sunting Melayu pada tanggal 10 July 1912. Sunting Melayu merupakan surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya adalah perempuan.


Kisah sukses Rohana di sekolah kerajinan Amai Setia tak berlangsung lama pada tanggal 22 Oktober 1916 seorang muridnya yang telah dididiknya hingga pintar menjatuhkannya dari jabatan Direktris dan Peningmeester(Treasurer/Bendahari) kerana tuduhan penyelewengan penggunaan keuangan. Rohana harus menghadapi beberapa kali persidangan yang diadakan di Bukittinggi didampingi suaminya, seorang yang mengerti hukum dan dukungan seluruh keluarga. Setelah beberapa kali persidangan tuduhan pada Rohana tidak terbukti, jabatan di sekolah Amai Setia kembali diserahkan padanya, namun dengan halus ditolaknya kerana dia berniat pindah ke Kota Bukittinggi.


Di Bukittinggi,kota yang tidak begitu jauh dari kampungnya,Rohana mendirikan sekolah dengan nama “Rohana School”. Rohana mengelola sekolahnya sendiri tanpa minta bantuan siapa pun untuk menghindari permasalahan yang tak diinginkan terulang kembali.

Rohana School sangat terkenal muridnya banyak, tidak hanya dari Bukittinggi tapi juga dari daerah lain. Hal ini disebabkan Rohana sudah cukup popular dengan hasil karyanya yang bermutu dan juga jabatannya sebagai Pemimpin Redaksi Sunting Melayu membuat eksistensinya tidak diragukan.


Tak puas dengan ilmunya, di Bukittinggi Rohana memperkaya keterampilannya dengan belajar membordir pada orang Cina dengan menggunakan mesin jahit Singer. Kerana jiwa bisnisnya juga kuat, selain belajar membordir Rohana juga menjadi agen mesin jahit untuk murid-murid di sekolahnya sendiri. Rohana adalah perempuan pertama di Bukittinggi yang menjadi agen mesin jahit Singer yang sebelumnya hanya dikuasai kaum China.


Dengan kemahiran dan kepopularannya Rohana mendapat tawaran mengajar di sekolah Dharma Putra. Di sekolah ini muridnya tidak hanya perempuan tapi ada juga laki-laki. Rohana diberi kepercayaan mengisi pelajaran keterampilan menyulam dan merenda.

Semua guru di sini adalah lulusan sekolah guru kecuali Rohana yang tidak pernah menempuh pendidikan formal. Namun Rohana tidak hanya pintar mengajar menjahit dan menyulam melainkan juga mengajar mata pelajaran agama, budi pekerti, Bahasa Belanda, politik, sastra, dan teknik menulis jurnalistik.


Rohana menghabiskan waktu sepanjang hidupnya dengan belajar dan mengajar. Mengubah paradigma dan pandangan masyarakat Koto Gadang (kampungya) terhadap pendidikan untuk kaum perempuan yang menuding perempuan tidak perlu menandingi lelaki dengan bersekolah segala. Namun dengan bijak Rohana menjelaskan:

“Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibanya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”.

Perjuangan Emansipasi Wanita yang ditawarkan dan dilakukan Rohana tidak menuntut persamaan hak perempuan dengan lelaki.Namun lebih kepada pengukuhan fungsi alamiah perempuan itu sendiri secara kodratnya. Untuk dapat berfungsi sebagai perempuan sejati sebagaimana mestinya juga perlu ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk itulah diperlukannya pendidikan untuk perempuan.


Sumbangan Dalam Perjuangan & Badan Amal

Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Rohana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda. Rohana pun mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan.

Dia juga mencetuskan idea bernas dalam penyelundupan senjata dari Koto Gadang ke Bukittinggi melalui Ngarai Sianok (Lembah Sianok) dengan cara menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang kemudian dibawa ke kota Payakumbuh dengan kereta api.

Hingga ajalnya menjemput, dia masih terus berjuang. Termasuk ketika merantau ke Lubuk Pakam dan Medan.Sumatera Utara. Di sana dia mengajar dan memimpin surat khabar Perempuan Bergerak.

Sekembalinya ke Padang, ia menjadi redaktur surat khabar 'Radio' yang diterbitkan Tionghoa-Melayu di Padang dan surat khabar Cahaya Sumatera. Perempuan yang wafat pada 17 Ogos 1972 itu mengabdikan dirinya dan umurnya kepada bangsa dan negara, serta menjadi kebanggaan bagi kaum hawa yang diperjuangkannya.


Demikianlah Rohana Kudus menghabiskan 88 tahun umurnya dengan beragam kegiatan yang berorientasi pada pendidikan, jurnalistik, bisnis dan bahkan politik. Kalau dicermati begitu banyak kiprah yang telah diusung Rohana.

Selama hayatnya ia menerima penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia (1974), pada Hari Pers Nasional ke-3, Pada 9 Februari 1987, Menteri Penerangan Harmoko menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia. Dan pada tahun 2008 pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Jasa Utama.

Semoga jasa beliau ini semua tercatat sebagai amalan para Syuhada dan semangatnya bisa sedikit banyaknya dapat memberikan motivasi kepada anak bangsa.
____________________

(Courtesy to Sources/Adapted from original article)

No comments