Gagasan“Islam Nusantara”Antara Misi dan Visi,Sesat lagi Menyesatkan!

“Kesalahan terbesar gagasan "Islam Nusantara" ini adalah salah niat. Dimana salahnya?Niat Walisongo itu mengIslamkan Nusantara.Justru Gagasan Walisongolas ini malah ingin me-Nusantarakan Islam,”

<img src="Islam Nusantara.jpg" alt="Gagasan“Islam Nusantara”Antara Misi dan Visi,Sesat lagi Menyesatkan!">
  Ilustrasi:Islam di Nusantara/Image byinpasonline.com/

Belakangan ini sangat gencar diwacanakan gagasan ‘Islam Nusantara’ atau ‘Islam Indonesia’ oleh Menteri Agama Indonesia Lukman Hakim Saefuddin dan sejumlah kalangan cendekiawan. Umumnya, pendukung gagasan tersebut, menjadikan dakwah Wali Songo sebagai role modelnya.

Namun, Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) menilai wacana Islam Nusantara justru bertentangan dengan motivasi dakwah Wali Songo.

“Kesalahan terbesar gagasan Islam Nusantara ini adalah salah niat. Dimana salahnya? Niat Walisongo itu mengislamkan Nusantara. Justru Gagasan Walisongolas ini malah ingin me-Nusantarakan Islam,” kata Ustadz Bachtiar Nasir saat berbincang dengan sejumlah wartawan seusai acara Launching Program Spesial Ramadhan 1436 H di sekretariat AQL, pada Jumat malam (12/06) seperti direlease media Kiblat.net dan dikutip;FortunaMedia.blogspot.com/.

Ustadz Bachtiar Nasir Lulusan Pondok Pesantren Darussalam Modern Gontor (PMDG) di Kabupaten Ponorogo,Jawa Timur ini, menilai dan berpendapat,ada sebagian orang yang benci dengan bangsa Arab menunggangi gagasan tersebut.

Gagasan Islam Nusantara berawal dari suuzhan atau prasangka buruk bahwa Islamisasi artinya Arabisasi.Padahal,menurut beliau,Islamisasi tidak selalu artinya Arabisasi.

Sementara, menurutnya, bila itu muncul dari sikap benci kepada bangsa Arab, maka sama saja dengan sikap kaum Yahudi dahulu saat mereka menolak kenabian Rasulullah Muhammad Saw kerana berasal dari bangsa Arab.

“Ini mispersepsi lagi, tidak mesti dong Islamisasi itu Arabisasi” cetusnya.

Bahkan, Yahudi menilai malaikat Jibril ‘salah’,kerana dia menurunkan wahyu kepada orang Arab, yakni Nabi Muhammad SAW, bukan kepada Bani Israil.?

“Kepada orang yang benci sama Arab, janganlah jadi penerus perasaan Bani Israel.Cobalah mereka bertaubat jangan-jangan perasaan ini sudah tersusupi oleh iblis-iblis yang pernah berhasil menyusupi perasan Bani Israel masa lalu yang nggak suka sama Arab,” ujar Direktur AQL Islamic Center itu.

Kesimpulan dan Ulasan,

Dari segi terminologi, istilah “Islam Nusantara” sebenarnya kurang tepat. Kerana bisa membawa pada pengertian bahwa Islam Nusantara merupakan bagian dari jenis-jenis Islam yang banyak. Kita harus menyatakan bahwa Islam itu satu dan tidak plural (banyak). Adapun yang nampak banyak, sebenarnya adalah ‘madzhab’, aliran pemikiran, pemeluk dan lain-lain bukan Islam itu sendiri.

Menyematkan atau mencantumkan kata sifat pada kata Islam perlu hati-hati. Pengggunaan kata sifat yang ditempelkan kepada Islam, misalnya "Islam Moderat"(Anda baca artikelnya disini),“Islam Jawa”, Islam Bali”, “Islam Arab”, “Islam China”, “Islam Toleran”, “Islam Pluralis” “Islam Sekular” dan lain-lain akan membuat kesan bahwa Islam itu plural, dan menyempitkan makna Islam.

Baca juga tentang Tradisi Jawa disini:
Sebuah Kajian Ilmiah ‘Dinamika Tradisi Jawa Zaman Hindu-Budha Sebelum Islam Datang Di Nusantara.

Prof. Syed M. Naquib al-Attas, pakar sejarah Islam Melayu, menekankan pemakaian bahasa secara benar sehingga makna yang benar mengenai istilah dan konsep kunci yang termuat didalamnya tidak berubah atau dikacaukan. Setiap terminologi kunci mengandungkan sebuah paradigma (Syed M Naquib al-Attas,Islam dan Sekularisme, hal. 198).

Kerana itu, term ‘Islam’ tidak memerlukan predikat atau sifat lain.Jika Islam diberi sifat yang lain, justru akan mempersempit Islam itu sendiri. Maka, dalam hal ini seharusnya yang lebih tepat adalah menggunakan frasa “Muslim Nusantara”, kerana hakikatnya penganut Islam itu terdiri dari banyak bangsa dan suku, termasuk didalamnya Muslim yang ada di Nusantara ini. Atau lebih tepat menggunakan istilah “Islam di Nusantara”. Kerana agama Islam telah menyebar luas ke seluruh dunia, termasuk di Nusantara.

Kesan Islam itu plural dalam term “Islam Nusantara” dapat diduga merupakan bagian dari misi Liberalisasi agama Islam. Pemahaman bahwa Islam itu tidak satu tapi banyak merupakan projek liberalisasi dengan mengusung Ideologi Relativisme dan Pluralisme. Menggiring atau membimbing kepada sikap pembiaran terhadap model-model Islam yang lain yang belum tentu sesuai dengan ajaran Islam.

Aroma relativisme dan permisivisme mendompleng(membonceng) dalam terminologi “Islam Nusantara” bisa disimak dalam pendapat misi dan visi golongan “Islam Nusantara”ini.

Semoga Allah Swt selalu melimpahkan rahmatNya kepada ulama-ulama kita terdahulu dan terkini yang telah mengorbankan segala daya demi tegaknya Islam di bumi kepulauan Nusantara tercinta.

Sisipan:
Terminologi (bahasa Latin: terminus) atau peristilahan adalah ilmu tentang istilah dan penggunaannya. Istilah (bahasa Arab: اصطلاح, iṣṭilāḥ) adalah kata dan gabungan kata yang digunakan dalam konteks tertentu. Kajian terminologi antara lain mencakup pembentukannya serta kaitan istilah dengan suatu budaya. Ahli dalam terminologi disebut dengan juru istilah "terminologist" dan kadang merupakan bagian dari bidang penterjemahan(id.wikipedia/terminologi)


Courtesy to Kiblat.net/
inpasonline.com

No comments