PUISI:"Heobikuni: Pahlawan Tanpa Bau Jasa"
(Essay Budaya Satire Zaman Edo)
Di balik tirai kimono nan anggun dan upacara teh yang murni --
tersembunyi satu profesi mulia yang tak pernah tercatat
dalam lembar sejarah resmi Nipponese:
"Heobikuni"—sang penanggung k3ntut.
Zaman Edo dikenal sebagai era keemasan kesopanan
setiap langkah wanita bangsawan bagaikan tarian angin
setiap kata—lembut seperti "Haiku".
Namun, bahkan dalam kesunyian taman istana-
hukum alam tak bisa dilawan:
"perut kadang berbicara tanpa diundang".
Maka-- lahirlah sosok agung nan tak dikenal: "Heobikuni".
tugasnya bukan menyapu -- bukan menyajikan teh
tetapi... mengaku k3ntut demi tuannya.
bayangkan betapa besar kesetiaannya.
saat denting kecil terdengar di ruangan hening
semua mata tertuju pada satu titik—
dan sang 'heobikuni' maju dengan senyum:
"Maaf, itu saya."
Tanpa gelar-- tanpa medali. Ia adalah guard etika terdepan
Ia adalah penyerap malu dan penjaga reputasi bangsawan.
Pahlawan ini hidup di antara aroma dupa --
dan kebohongan kecil demi kehormatan.
dalam diam -- sang 'heobikuni' menanggung stigma sosial
agar tuannya tetap bersih dalam pandangan dunia.
Hari ini -- dunia mungkin telah berubah.
Tapi dalam ruang-ruang politik-- corporation -- bahkan sosial media.
Masih banyak “heobikuni” moden—
mereka yang pasang badan demi atasan --
demi citra -- demi like dan follower.
Hanya saja... sekarang k3ntutnya bentuknya lain:
scandal -- blunder-- atau kebijakan salah arah.
____
*Salam hormat untuk semua "heobikuni" sejati—dulu dan kini.
Kerana kadang -- aroma bau kebenaran memang harus ditanggung oleh mereka yang tak dikenal.
***
๐Catatan tambahan ๐
Apa maksud "heobikuni"?
“Heobikuni” berasal dari kata:
"Heo" (ใธใ) = k3ntut
"Bikuni" (ๆฏไธๅฐผ) = biarawati (namun dalam konteks ini, digunakan dengan makna perempuan pelayan atau wanita pengabdi)
Jadi, "heobikuni" secara harfiah berarti "biarawati k3ntut", tapi sebenarnya merujuk pada seorang pelayan perempuan yang bertugas untuk mengaku sebagai orang yang kentut di tempat umum agar sang majikan (biasanya wanita bangsawan) tetap terjaga kehormatannya.
Praktik ini terdengar lucu -- tapi menunjukkan betapa reputasi dan kesopanan ekstrem sangat dijunjung tinggi di kalangan Istana Zaman Edo.
Sampai hal sekecil bunyi tubuh pun @k3ntut diatur agar tidak mencoreng kehormatan. [HSZ]
๐ฒ๐พ Kuala Lumpur-18 Mei 2025 M //
20 Zulqaedah 1446 H
✍️ Puisi by @romymantovani
✍️ Genre: #puisiessay
๐ ©Copyright Reserved
๐ illustration image by collection of poets
Disclaimer,
Puisi ini karya penulis [romy mantovani] Jika ada penulis/blogger mahu menulis ulang atau mencetak/membukukan--Mohon izin sang penulis dahulu! Dan tidak akan merobah bait - kalimat cerpen dan menyertakan nama penulis dan website ini fortuna media
Follow me at;⭐
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz
No comments:
Post a Comment