Fiction Stories: "Menikam Balik"

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Fiction Stories: "Menikam Balik"">

      Fiction Stories: "Menikam Balik"

         Ini cuma cerita 'fiksi'. Jadi tidak perlu terlalu serius membacanya. Slow saja 😊

        Kita sebut saja Mas Bayu (namanya kita lokal-kan, biar akrab). Dia ini penganut liberal sejati. Menurut Mas Bayu, terserah orang mahu apa-apa saja. Dia juga pendukung hak asasi sejati, bahwa semua orang berhak melakukan apapun. Maka, jangan tanya ke dia soal peredaran minuman beralk0hol, investasi industri alk0hol, dia justeru mendukung minuman itu dijual bebas dimanapun. “Saya tidak minum. Setetes pun tidak. Tapi orang lain berhak dong kalau mahu minum. Anda kan sudah pada besar, kalau tidak mahu beli, kenapa minum? Kenapa tergoda? Katanya punya agama. Saya mendukung minuman alk0hol dijual bebas.”

   Baca juga: 
Di dunia ini terdapat empat kategori golongan dalam menjalani hidup dalam Islam 

      Singkat cerita, 10 tahun berlalu, Mas Bayu telah menjadi aktivis hak asasi manusia, aktivis pro kebebasan. Dia aktif sekali menulis status, tweet tentang hal ini. Dia benci sekali siapapun yang sok suci mahu melarang atau membatasi peredaran minuman keras. Dia akan counter attack di media sosialnya yang punya ratusan ribu follower, berteriak bilang dasar munafik kepada orang itu, lantas followernya akan berpesta, membully si orang-orang sok suci ini.

      Tapi ada yg berbeda setelah 10 tahun itu, Mas Bayu sudah punya anak usia 7 tahun. Putri semata wayang yg sangat dia sayang. Nah, inilah bagian yang menyedihkan dari kisah ini. Pada suatu hari, saat putrinya pulang dari sekolah (tidak jauh dari rumah, hanya 200 meter, melewati pasar kecil, jadi bisa jalan kaki tanpa perlu diantar jemput), si Putri melewati salah-satu gang/lorong pasar yang sering anak muda nongkrong mabuk-mabukan di sana. Hari itu, pecah keributan di sana, namanya orang mabuk, hal sepele bisa serius, mereka bertengkar. Satu botol kosong dilempar ke jalanan, menghantam kepala si Putri. Tubuh kecil itu seketika terkapar di jalan. Orang-orang menjerit, beberapa orang mencoba menyelamatkan si Putri, dibawa ke Hospital terdekat. Malang tak dapat ditolak, si Putri meninggal.

     Mas Bayu, hari itu, menyaksikan sendiri anak semata wayangnya meninggal kerana keributan yang dipicu-tercetus oleh alk0hol. Apa pendapatnya sekarang?

     Apa yang akan dia teriakkan sekarang tentang peredaran minuman beralk0hol? Dia hanya bisa memeluk tubuh kaku anaknya, di ruang mayat Hospital. Yang terlihat cantik, tidak berdosa, menjadi korban. Bukan korban anak muda yang bertengkar, tapi korban peredaran minuman keras secara bebas -- yang justeru dia dukung habis-habisan selama ini. Salah siapa anaknya mati? Ayo Mas Bayu, jangan sekalipun menyalahkan alk0hol. Kerana Anda full mati-matian bilang-kata, minum alk0hol itu bebas.

     Demikianlah.

     Dalam hidup ini, teman-teman sekalian, kehidupan tersambung satu sama lain seperti jaring-jaring raksasa. Kehidupan A mempengaruhi kehidupan B, kemudian si C, si D, dan seterusnya. Lantas apa yang membuat jaring-jaring itu tetap stabil, tidak kusut? Atau malah jadi robek? Yaitu: kita saling peduli satu sama lain. Kita saling menasehati dalam kebaikan, dan saling membahu mencegah kerusakan.

     Mas Bayu, dia berhak memang untuk mendukung peredaran minuman alk0hol secara bebas, atas nama hak asasi manusia, atas nama hidup moden, demokrasi, dan sebagainya, dia punya logiknya, dan itu kadang masuk akal. Tapi ketahuilah, itu justeru, memulai kerusakan di jaring-jaring kehidupan kita. Jaringnya menipis di sana-sini, jaringnya putus di sana-sini, dan hanya kerana jaring kehidupan milik kita masih baik-baik saja, bukan berarti besok lusa tetap baik. Hanya soal waktu seluruh jaring-jaring kehidupan rontok binasa -- dan saat rontok, proses itu tidak peduli apakah Anda pendukung peredaran minuman alk0hol atau tidak. Semua kena.

     Di dunia ini, hal menyakitkan bukan saat kita berdiri tegak menyampaikan kebenaran -- lantas orang-orang mem-bully kita. Di dunia ini, hal yang menyakitkan adalah, saat kita merasa sudah membela sebuah “kebenaran”, habis-habisan, gila-gilaan, lantas besok lusa, justru “kebenaran” itu sendiri yang mengkhianati kita. Menikam balik, menyakiti hidup kita.

     Semoga ada yg bersedia memikirkannya, lantas mengambil bagian berdiri kokoh, meski tinggal sendirian saja, terus saling menasehati satu sama lain.[HSZ]

 Adaptasi dari artikel by Novelis, Tere Liye, 

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

 #TAGS : #Short Stories, #Novels, #Fiction Stories,

    VIDEO: 


No comments