MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 29 ]
MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 29 ]
- SUAMIKU JADUL
- Part 29
" Biar Suami Jadul, Yang Penting Duit Ngumpul "
FORTUNA MEDIA - Adikku benar-benar sakit keras, perutnya seperti bengkak, dia demam juga. Aku tahu kerana kami akhirnya mengunjungi rumah mereka.
"Dia terus mengingau panggil nama Kakak makanya Kakak kutelepon," Lapor Istrinya.
"Periksa dulu almari kalian, apa ada barang kami di situ," Perintah Bang Parlin pada Istri -Adikku.
Dia segera bongkar almari mereka, benar saja, ada kain sarung motif Batak dia simpan di situ. Itu punya Bang Parlin.
"Kembalikan semua yang kau curi biar kau sembuh," Kataku seraya menggoyang tubuh Adikku. Aku geram, malu, sekaligus kasihan lihat Adikku ini, dia mencuri barang kami mungkin kerana sakit hati kerana tidak dikasih modal.
"Su ... dah di ... jual, ke Sambu," Kata Adikku dengan terbata-bata.
"Siapa yang jual?"
"Bo ... Lok,"
Bolok, Aku kenal pemuda itu, dia teman sepermainan Adikku, orangnya bandel.
"Bawa, ke rumah sakit, Mira." Pesanku pada Istri-Adikku sebelum kami pergi, tujuanku adalah rumah Bolok. Aku kenal rumahnya, bahkan kenal sama orang tuanya, rumahnya tak jauh dari rumah kami.
"Hei, Bolok, kembalikan barang kami," Kataku langsung tanpa basa-basi, begitu bertemu dia.
"Barang apaan?" si Bolok ini masih pura-pura bodoh.
"Jangan macam-macam kau, Bolok, atau polisi yang menjemputmu ke mari," Kataku dengan mata melotot.
"Baik, Kak, baik, Aku memang dititipkan barang mahu jual ke Sambu, tapi belum laku," Kata si Bolok akhirnya.
"Kembalikan!" Teriakku. Sementara Bang Parlin hanya diam saja seraya menggendong bayi kami.
Dengan gugup, Bolok akhirnya mengambil beberapa bungkusan ke kamarnya, isinya pakaian kami, segera Bang Parlin periksa dan memasukkan ke mobil kami.
"Tolong, Kak, jangan lapor polisi," Kata si bolok ini.
RELATED POST
Novel Collection
Misteri Nusantara
Aku diam saja, kami kembali ke rumah, ketelepon Mira, katanya Suaminya sudah mulai baikan. Hebat juga Bang Parlin ini. Tapi kenapa dia tak buat begini waktu ada orang yang melarikan sapi kami, tiga ratus juta lagi?.
"Abang pilih kasih," Kataku setelah kami sampai di rumah.
"Pilih kasih bagaimana, Dek?"
" Kain Ulos yang hilang Abang langsung buat gitu, sapiku hilang, Abang tak mahu buat gitu," kataku sewot.
"Sapi hilang masih bisa dicari, Dek, ulos itu gak ada lagi, itu ulos turun temurun, sudah beruntung si Ucok dapat itu, tak ternilai dengan wang," Kata Suami.
"Tiga ratus juta? Lebih berharga kain Ulos buluk gitu dari pada sapi seharga tiga ratus juta?" Aku hairan juga dengan jalan fikiran Suamiku ini.
"Iya, Dek, bagi Abang itu lebih berharga, maaf, Dek, andaikan Abang tahu dia yang curi Abang tidak akan buat gitu," Kata Suami lagi.
"Memang bagaimana caranya biar bisa barang yang dicuri orang kembali lagi?"
"Rahasia, Dek, tidak sembarangan orang bisa begitu,"
"Logikanya, Bang, bila semua orang bisa begitu, dunia ini akan aman dari pencurian,"
"Iya, Dek, logikanya memang begitu, tapi kata Kyai dulu, tidak sembarangan, dilakukan hanya bila darurat, dan tak bisa untuk orang lain,"
"Maksudnya?"
"Misalnya ada tetangga kemalingan, tak bisa Abang bantu, hanya jika punya kita yang dicuri."
"Ajari aku, Bang,"
"Tidak boleh, Dek,"
"Pelit,"
"Ilmu yang begitu gak sembarangan orang bisa,"
"Kalau Abang gak ajari adek, Abang puasa sebulan,"
"Ya, tidak apa-apa, paling buka puasa di tempat lain," Kata Suami seraya buka HP-nya. Lalu dia memainkan jari telunjuk di HP, terus ...
"Halo, bisa temani Aku malam ini, Istriku lagi ngambek ini," Kata Suami seraya menempelkan HP-nya di telinga.
"Apaan?" Aku langsung merampas handphone tersebut, segera kulihat, akan tetapi tak ada apa-apa, tak ada panggilan juga. Ku ceck panggilan keluar, yang ada tiga bulan lalu. Aku masih tak percaya, ku ceck messenger, Whats App. Tidak ada apa-apa. Kulihat Suami. Dia justru bernyanyi kecil seraya senyum-senyum. Duh, Suami prank Aku.
Dua hari kemudian, Aku terkejut dengan kedatangan Adikku, begitu datang langsung bersujud memegang kaki Bang Parlin, tentu saja Bang Parlin langsung mundur.
"Ada apa ini?" Kata Bang Parlin.
"Angkat Aku muridmu, Suhu," Kata Adikku seraya terus berusaha memegang kaki Bang Parlin.
"Wah, wah, wah, Aku bukan Suhu," kata Bang Parlin.
"Bagiku Abang adalah Suhu, angkat aku muridmu, Suhu, Aku rela apa saja, tapi tolong angkat Aku muridmu," kata Adikku lagi.
Malu juga Aku lihat perbuatan Adikku ini, dia buat malu keluarga saja, Aku saja yang Istrinya tak mahu Bang Parlin ajari, apalagi dia yang pencuri.
"Hei, Dik, jangan bikin malu kau," Kataku seraya menarik telinga Adikku tersebut.
"Sudah terlanjur malu, Kak, tolong, Suhu, angkat Aku muridmu," kata Adikku lagi.
Bang Parlin melihatku, Aku angkat bahu, Aku juga tak tahu harus bilang apa lagi. Akan tetapi Aku yakin Suami selalu ada solusi.
"Aku malu, Kak, sudah tersebar ke semua saudara, Aku mencuri di rumah kakak sendiri, malu, Istriku pun sudah pergi tinggalkan Aku. Aku tak tahu harus bagaimana lagi, Aku mahu ikut Bang Parlindungan saja," Kata Adikku seraya menangis.
Sekali lagi kulihat Bang Parlindungan dengan tatapan minta bantuan, aku tak tahu harus berkata apa, istrinya sampai meninggalkannya. Kasihan adikku, akan tetapi ini karena perbuatan dia sendiri.
"Suhu, angkat Aku muridmu, Suhu," Kata Adikku lagi, dia seperti orang yang stress.
Segera kuambil HP, ku hubungi Mira bertanya ada ada dan kenapa. Ternyata Mira meninggalkan Suaminya kerana tak tahan lagi, ternyata Adikku selama ini sering lalai dalam tanggung jawab sebagai Suami.
"Tahu Kakak, wang warisan yang tujuh puluhan juta itu, kubilang modalkan saja, tapi dia tak mau, justru beli mobil yang rusak, modifikasi sana modif sini, akhirnya wang habis mobil terpaksa dijual, wangnya dia belikan motor Ninja, modifikasi lagi, akhirnya habis tak tersisa, Aku lelah, Kak, selama ini hidup kami hanya mengandalkan gajiku." kata Mira.
"Tolong, Mira, bila Adikku bisa berubah, mahukah kau kembali lagi?"
"Mahu, Kak, tapi dengan sarat dia berubah, kalau dia punya penghasilan, Aku mahu, selain hobbynya modifikasi kendaraan, dia baik," Kata Mira.
Adikku ini memang tamatan SMK otomotif, dia sangat hobby bongkar pasang mobil dan motor.
"Aku bukan Suhu, sekali lagi kutegaskan Aku bukan Suhu, tapi kalau kau mahu berubah, kami bisa bantu kau?" Kata Suami.
"Aku ikut Abang saja, jadi sopir pun jadi, selama hidupku banyak bertemu orang yang mengaku jago, tapi baru kali ini bertemu orang yang benar-benar jago, tanpa pernah sebut dirinya jago," Kata Adikku.
Adikku ini memang waktu mudanya sempat terlibat geng motor. Hidupnya tak lepas dari jalanan, bagaimana Bang Parlindungan bisa bantu dia? Disuruh urus sapi Aku yakin dia gak akan tahan.
"Dilihat dari modelmu kau tak akan sanggup tinggal di kebun, mahu kerja apa kau kubuat, sementara Aku cuma taunya sawit dan sapi," Kata Bang Parlin.
Kuajak Bang Parlin bicara berdua, kami kemudian masuk kamar.
"Bang, Abang percaya samaku,"
"Percayalah, Dek,"
"Itu rumah kontrakan kita, yang kita tempati dulu kan paling pinggir, rombak jadi kios, kita modali dia buka bengkel di situ, dia itu tahunya cuma motor, biar saja dia berkutat dengan motor, hobbynya tersalurkan, dapat wang lagi," Kataku pada Suami.
"Tumben kau pintar, Dek," Jawab Suami seraya menjitak dahiku perlahan.
"Iyalah, memang selama ini Adek tidak pintar?" Kataku pura-pura cemberut.
Begitulah akhirnya, rumah kontrakan itu dirombak, kebetulan lagi kosong pula. Disulap jadi bengkel modifikasi motor, Adikku tampak semangat sekali.
"Begini ya, Dik, itu rumah harus kau sewa, kerana masih baru, bolehlah gratis tiga bulan, terus itu semua peralatan belinya pakai wang, nanti kau ganti sama kami semua," Kataku pada Adikku itu.
Bang Perlindungan memang sesuai namanya, dia bisa jadi tempat berlindung Saudara, bahkan Saudara yang jahat, yang mencuri barang berharganya pun dia lindungi. Satu persatu Saudaraku terangkat kehidupannya kerana Suamiku ini. Terima kasih ya, Allah.
Kakakku kini jadi Kepala Sekolah, Adikku Ria akan jadi kepala sekolah TK, Adik-Bungsuku kini sudah sadar dan buka bengkel. Tinggal dua lagi Saudaraku. Abang tertua yang tak pernah bicara lagi setelah kena mental dan Adikku nombor dua dari bawah. Dia juga tak pernah mahu bicara setelah gagal minta modal ke Suamiku.
"Dek, Abang mahu punya anak tujuh," Kata Suaminya di suatu siang, saat itu si Ucok kami sedang tidur siang.
"Tujuh, Bang,"
"Iya, Dek, entah kenapa keluarga kami sangat sulit dapat anak perempuan," Kata Suami lagi.
"Oh, ya,"
"Kata orang kalau mau anak perempuan, bikinnya harus siang," Kata Suami, tatapan matanya mulai menggoda.
"Siapa pula yang bilang begitu, Bang,"
"Orang, Dek, Yups, bikin anak cewek," Kata Suami lagi.
"Tutup dulu pintunya, Bang,"
Suami berdiri dan menutup pintu. Ah, sudah dulu ya, kami mahu bikin anak cewek.😄 [hsz]
To be Continued...
Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; Novel Collection
Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani
#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung, #SuamikuJadul,
VIDEO :
No comments
Post a Comment