Menangis Kerana Hamdalah Selama 30 Tahun

<img src="https://fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Menangis kerana Hamdalah Selama 30 Tahun">

"Menangis Kerana Hamdalah Selama 30 Tahun"

 ðŸŒ¾Bulir Ibrah dan Hikmah🌾

"Namanya Sirriy Siqthy. Sering juga disebut dengan As-Surkati. Gara-gara mengucap Hamdalah, ia menangis memohon ampun kepada Allah selama tiga puluh tahun. Ia beristighfar setiap hari, setiap saat ia ingat kerana menyesali ucapan Alhamdulillah yang pernah keluar dari mulutnya".

FORTUNA MEDIA- Ketika ditanya bagaimana ia boleh berlaku demikian, Sirriy Siqthy menuturkan:

“Saat itu aku punya sebuah toko di Kota Baghdad. Suatu saat aku mendengar berita bahwa pasar Baghdad hangus dilalap api. Toko yang kumiliki berada di dekat pasar tersebut. Aku bersegera pergi ke sana untuk melihat apakah toko ku juga terbakar atau tidak. Seseorang berkata kepadaku, 'Api tidak sampai di tokomu'. Aku pun mengucapkan Alhamdulillah,"

“Setelah itu aku berfikir," kata Sirriy Sigthy melanjutkan ceritanya, “Apakah hanya engkau saja yang berada di dunia ini? Tidakkah ada empat toko lainnya yang terbakar. Tokomu memang tidak terbakar, tetapi toko-toko lainnya terbakar. Ucapan Alhamdulillah berarti bahwa engkau bersyukur api tidak membakar tokomu. Jadi, engkau rela toko orang lain terbakar asalkan tokomu tidak terbakar."

Sirriy Siqthy kemudian melanjutkan ucapannya, "Aku berkata lagi pada diriku, 'Tak adakah barang sedikit rasa sedih atas musibah yang telah menimpa kaum Muslimin, hai Sirriy?"

Sirriy Siqthy kemudian mengutip Hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, “Barang siapa melewatkan waktu paginya tanpa memerhatikan urusan kaum Muslimin, maka tidaklah dia termasuk dari mereka."

Ketakutan Sirry Siqthy kalau-kalau tidak termasuk golongan kaum Muslimin inilah yang menyebabkan ia menangis terus-menerus selama tiga puluh tahun.😭 

Setiap hari ia dibayang-bayangi oleh rasa bersalah tentang betapa nista dirinya kerana tak ada belasungkawa atau takziyah kepada saudaranya sesama Muslim yang ditimpa bencana. Ia merasa menyesal kerana di saat saudaranya sesama Muslim ditimpa bencana, ia justru mengucapkan alhamdulillah. Bukan pernyataan belasungkawa @takziyah.😭

Kisah Sirriy Siqthy ini terasa begitu mendesak untuk kita baca. Hari ini, ketika perasaan kita telah mati dan itsar (altruisme) sudah nyaris terkikis habis, kita perlu berkaca sejenak pada pribadi-pribadi menakjubkan semacam Sirriy Siqthy. 

Jika ia menangis memohon ampun hanya kerana mengucap Hamdalah, "Masih pantaskah kita mengaku sebagai Umat Muhammad? Layakkah kita mengharap syafaat Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam, sementara kita tak pernah memerhatikan kerabat dan keluarga yang kekurangan, ataupun tetangga yang merintih kelaparan? Layakkah kita mengharap syurga bersama Nabi dan para syuhada, sedangkan kita tidak pernah mahu menyisihkan sedikit dari harta kita untuk tetangga yang nyaris putus asa hidupnya?" 

Sedangkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam, “Kelak di hari akhirat, ketika penduduk neraka ditanya penghuni syurga mengapa mereka masuk neraka, mereka menjawab, Dahulu kami tidak melakukan shalat, dan tidak memberi makan orang miskin'
(Al-Qur'an, Surah. Al-Muddatstsir [74]: 43–44).”

Be Smart, Read More;

Misteri Nusantara
Novel Collection
Novel @Horror, Mystery, Ghost, Fantasy & Romance



Astaghfirullah.... Shalat saja tidak cukup kalau kita tidak pernah mahu menyisihkan kelebihan harta kita sedikitpun untuk memberi makan orang miskin. 

Tidak ada artinya wang yang kita keluarkan untuk membeli pakaian shalat, sajadah yang mahal, atau sorban yang bersulam, jika saudara-saudara kita yang pakaiannya tambal sulam nyaris tak bisa dipakai lagi kita biarkan mati kedinginan.

Dari Al-Qur'an kita belajar, tidak ada iman tanpa amal saleh, dan tidak ada nilainya amal yang kita keluarkan jika tidak dilandasi iman yang lurus. 

Orang yang mengaku beriman dengan hatinya, dan menyertai dengan shalat dan do'a-do'a yang panjang, tetapi tak ada amal saleh sedikit pun yang dikerjakan, maka ia termasuk orang-orang yang mendustakan agama. 

Orang-orang yang menyibukkan diri membangun Masjid, sementara tetangga Masjid terancam imannya kerana tak ada yang dapat mereka makan kecuali mie instan pemberian orang yang berbeda agamanya, maka Masjid yang megah itu termasuk sebagian dari kesia-siaan. 

Hari ini, kita berlomba-lomba memegahkan Masjid, sementara di dalamnya kosong dari hidayah.

Astaghfiruliahal 'azhim... Sudah Muslimkah kita?

Referensi: Mencari Ketenangan di tengah Kesibukan/Karya: Mohammad Fauzi Adhim/Penerbit: Pro-U Media Via, islampos.com

Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, Doc, Helmy Network


Follow me at;
twitter.com/romyschneider
facebook.com/romyschneider
linkedin.com/in/helmy-syamza
pinterest.com/hsyamz

#menangis,#sirriysiqthy, #AsSurkati,

VIDEO ; 

"Ya, Rabb, Ya, Rabb, Ampunilah kami"

No comments