20191120

TRAGEDI PRODUK BAGUS

<img src="TRAGEDI PRODUK BAGUS.jpg" alt="HS Business Notes/helmysyamza.blogspot.com">

TRAGEDI PRODUK BAGUS

by HS Business Notes
**********
Dunia pertelevisyen dalam Negeri Indonesia sedang heboh. Saya yang tidak terlalu mengikuti acara TV pun jadi "ikut-ikutan kepo"[1].

Apa yang sedang terjadi?. Ramai netizen +62 berghibah di timeline. Kencang sekali. Terkait isu "mundurnya" bisnis salah satu stesyen TV kenamaan nasional/tempatan.

Terendus aroma pemberhentian staf(PHK) secara massal di stasyen TV tersebut. Mungkin bisa jadi bukan PHK, tetapi bisa jadi penawaran pensiun dini."Golden shake hand". Di beberapa negara disebut dengan redundant. Tapi begitulah para netizen +62. Perlukan drama dalam membangun topik ghibahan.
Stesyen TV ini termasuk perusahaan media yang Saya amat respect. Maka menulis ini pun Saya hati-hati. CEO nya pun pernah berbincang langsung. Saya pernah di terima baik-baik di ruang sang CEO, ngobrol via WhatsApp dan berbincang tentang program dakwah di TV tersebut. Kebaikan beliau tak pernah Saya lupakan. Atas isu mundurnya perusahaan yang beliau pimpin, Saya tetap respect.

Produk dari stesyen TV ini memang kualiti tinggi. Tampilan produksi dan konten nya memang sangat kuat dan 'fit to millenial generation'. Terutama kelas menengah atas yang menguasai pusaran belanja ekonomi stesyen TV ini menjadi pilihan utama.

Namun inilah dilema insan media di dalam negeri. Dari sekitar kurang lebih 100 juta viewers pemirsa TV di negeri ini, lapis majoriti berada di kelas menengah bawah. Lagian siapa juga yang nonton TV hari ini? Semua sudah pegang gadget dan nonton video on demand di Youtube dan chanels sejenis.

Ada produk "makanan mewah" untuk perut "kelas bawah". Secara garis besar mungkin itulah yang terjadi. Produk tak pernah salah, tetapi kolam pasarnya lah yang nampaknya tak fit.

Stesyen TV ini tetap menghadirkan kualiti tayangan berkelas. Sementara stesyen tetangga di waktu yang sama sudah ramai membuat kontes nyanyi penuh drama. Nampaknya kelas bawah ingin menonton yang mudah dicerna, dekat dengan kehidupan mereka dan selamat tinggal tayangan berkualiti.
Dari kisah sederhana ini, Izinkan, Saya menyajikan "peringatan dini" bagi Sahabat pebisnis semua.


1. Fit to Market

Bisnis adalah melayani pasar/market. Anda tidak sedang melayani kepuasaan hati Anda, tetapi yang sedang Anda layani adalah pasar/market.
Pasar/Market dengan seleranya.
Pasar/Market dengan keperluannya.
Pasar/Market dengan segenap permintaannya.
Itulah yang Anda layani.
Kesalahan terbesar dari banyak pebisnis adalah menciptakan yang tidak diinginkan oleh market. Beberapa newbie menghadirkan apa yang dia mahu, bukan yang market mahu. Anda berimajinasi bahwa semua orang seperti Anda, padahal tak semua orang punya cita rasa seperti Anda. Disini titik tragedinya !.
Ketika sebuah produk fit dengan market yang ada, maka orang mahu beli. Orang mahu consume. Orang mahu nonton, dan akhirnya sponsor mahu pasang iklan. Sesederhana itu. Mitra/Partner mahu kerjasama, kerana produk Anda fit to market.

Yang gawatnya ketika produk tak masuk ke market. Sebagus apapun, sehebat apapun, kalau market tak memerlukan, Anda seperti ilmuwan yang berimajinasi liar di laboratorium (Lab), menghasilkan sesuatu yang memang Anda hasrati. Itu benar. Tetapi sayangnya Anda tidak sedang di Lab,
Anda sedang di lapangan. Anda sedang di market.
Mari bangun kesadaran untuk melayani market. Bukan melayani ego diri.

 Read More

5 Tips Basic Pelaburan Saham Untuk Pemula
 MARKET EVOLUTION ; "Bangunlah Organisasi Bisnis Yang DNAnya Cepat Berevolusi"

2. Perilaku Market yang Terus Berubah

Hal berikut yang kemudian berbahaya bagi bisnis adalah perilaku market yang terus berkembang dan berubah.

Dahulu orang menonton TV. Menongkrong didepan TV dengan tujuan menunggu acara yang akan ditonton. Mereka harus mendedikasikan waktu secara khusus untuk mendapatkan tayangan yang mereka suka. Dan tak bisa banyak milih, tergantung apa yang diberikan oleh stesyen TV.

Perkembangan teknologi membuat market menjadi sangat memiliki pilihan. Tidak ada lagi pusaran perhatian. Market kini bisa memilih jutaan judul tayangan yang ada di YouTube sesuai minat dan kecenderungan.

Dahulu market cuma punya 10 pilihan Stesyen TV,Swasta Nasional. Hari ini mereka punya jutaan pilihan konten dengan ratusan kategori tayangan.
Yang suka bisnis nonton video bisnis.
Yang suka masak nonton video masak.
Yang suka pengajian Islam nonton pengajian Islam.


Masing-masing market sudah punya solusi atas kecenderungannya masing-masing.
Lalu dimanakah TV?
TV kemudian masih ditonton oleh asisten rumah tangga yang menghabiskan gosokan pakaian baju di kamar belakang. Melaksanakan tugas rumah tangga sambil menonton TV. Itulah pasarnya. Fakta marketnya begitu.

 READ MORE
Trik Mudah Menulis Iklan Kurang Dari 5 Menit
EXISTING RESOURCE 

3. Keseimbangan Seniman dan Tukang Jualan

Poin ketiga yang Saya soroti adalah kesetimbangan para Seniman dan Salesman.

Adanya sentuhan pekerja seni atas produk kita itu bagus. Perlu ada sentuhan nilai karya yang sangat tinggi. Namun yang jadi masalah, mengikuti hasrat para seniman ini terkadang menyebabkan cost membengkak, dan tidak pernah meraba sulitnya sang salesman kejar harga jual tinggi akibat cost yang membengkak.

"Pokoknya produksi harus bagus bro, jangan sembarangan, gue gak suka, cari yang terbaik, pokoknya gue maunya begini" kata seniman.

Kata finance "tapi ini bengkak bro, biaya produksi."

Kata seniman "ya tugas sales jual produk gue mahal, gimana caranya, namanya juga sales."

Kata salesman "terserah dah..." , sambil tutup muka.
Hehehehehe,:)

Inilah kesetimbangan/keseimbangan yang harus dibangun. Perlu dibangun titik tengah kepentingan. Produksi mhau bagus, finance mahu hemat, dan salesman mahu mudah jual. Yang penting bisa jadi duit.

Kalau sang seniman diikutin terus hasratnya, jebol juga.

Kalau finance accounting yang ingin hemat terus diikutin kepentingannya, ya produk babak belur.
Kalau keinginan team sales inginnya murah diikutin terus, ya bisnis akan jadi bisnis loak-an terus. Tidak akan punya distinctive value.
Maka seimbang adalah solusi. Ambil jalan tengah. Jangan ekstrem.
*****
Bagaimana pun kita harus mendoakan pertelevisyen nasional tersebut bisa bangkit lagi. Bukan berarti karyawannya banyak lagi, kerana bisa jadi model bisnis dengan sedikit karyawan itulah yang terbaik bagi mereka.
Kemungkinan besar, menjadi stesyen TV konvensional bukan lagi menjadi pilihan. Dengan kompetensi kualiti produk yang bagus, Semoga mereka menemukan cara baru bertarung dalam bisnis. Mahu tak mahu cara cari uangnya harus berubah.
Ditengah berbagai cobaan dan terpaan, langkah pertama dari sebuah titik balik adalah meruntuhkan semua ego. Kerana ketika ego sudah remuk redam, biasanya cahaya Allah SWT masuk. Kita mendoakan yang terbaik.
Terima kemunduran.
Sabar hadapi cobaan.
Hancurkan ego dan akui diri.
Saatnya siap mendengarkan banyak pihak, dan membiarkan cahaya Allah SWT masuk ke sanubari.
Deal?
*****

Dictionary

[1] *KEPO adalah akronim dari Knowing Every Particular Object yang artinya sebutan untuk orang yang serba ingin tahu dari detail sesuatu, baik yang kalau ada yang terlintas dibenaknya dia tanya terus. Hal-hal sepele ditanyain, serba ingin tau,Ingin tau urusan orang lain dan sebagainya.
atau lainnya....
  • *KEPO adalah kata bahasa hokkien tionghoa medan/tionghoa sumatera yg sering digunakan untuk memarahi, mengejek orang kerana kurang kerjaan (jadi mengerjakan kerjaan yg bukan kerjaannya),sibuk tak menentu.
  • contoh: ane kepo e lu artinya kurang kerjaan kali lah kau
  • Berasal dari bahasa hokkian. Ke = Bertanya, Po (Apo) = Nenek2. Jadi artinya nenek2 yg suka bertanya2. Ingin tau sangat gitu.. hehehe

    Contoh: A : Kamu lagi dimana? Ngapain? Sama siapa?
    B : Kepo banget sihh...

    A: Eh pacar lu skrg siapa? rumahnya dimana? cantik tak? kenalin donk?
     B: Kepo aje lu nanya-nanya (-_-")
    Via; /www.kompasiana.com

InsyaAllah, 
Semoga artikel sederhana ini berdampak bagi hidup Anda.
Silakan forward tulisan ini ke line-masa/
timeline Anda, atau para Sahabat terkasih Anda.
********
Adaptasi dari Artikel WhatsApp Group Kang Rendy Business Notes,

No comments:

Post a Comment