6 Reasons Why Alif Lam Mim Films 3 Are Feared by Certain People
6 Alasan Mengapa Film 3 Alif Lam Mim Ditakuti Oleh Kalangan Tertentu
Dalam Dunia Moden hari ini Film memang bagian dari entertainment dan ditujukan untuk hiburan masyarakat. Namun, disisi lain film juga bisa menjadi media paling efektif untuk menyampaikan pesan moral serta inspirasi bagi banyak orang.
Seperti contoh kecil, masyarakat Korea pada umumnya dalam perlakuan keseharian agak keras,not sympathetic ,suka bercakap keras-keras. Namun selama 10 tahun kebelakangan film-film Korea berhasil mengubah watak-prilaku Masyarakatnya via Film & Drama TV, menjadi ramah,bercakap perlahan ,lembut dan simpatik kepada sesiapa saja, dengan Sinetron Drama TV dan Film layar lebar.
Bahkan film juga sering menjadi alat politik untuk membentuk opini masyarakat. Contohlah beberapa sejarah film di zaman Orde Baru seperti Kudeta Gerakan 30.September oleh PartaiKomunis Indonesia ( G-30-S,PKI ) dan Serangan Umum 1 Maret.
Seperti contoh kecil, masyarakat Korea pada umumnya dalam perlakuan keseharian agak keras,not sympathetic ,suka bercakap keras-keras. Namun selama 10 tahun kebelakangan film-film Korea berhasil mengubah watak-prilaku Masyarakatnya via Film & Drama TV, menjadi ramah,bercakap perlahan ,lembut dan simpatik kepada sesiapa saja, dengan Sinetron Drama TV dan Film layar lebar.
Bahkan film juga sering menjadi alat politik untuk membentuk opini masyarakat. Contohlah beberapa sejarah film di zaman Orde Baru seperti Kudeta Gerakan 30.September oleh PartaiKomunis Indonesia ( G-30-S,PKI ) dan Serangan Umum 1 Maret.
Selain film sejarah yang menceritakan kisah masa lalu, ada juga film yang mengisahkan tentang projeksi masa depan. Salah satu film yang bergenre seperti itu adalah Film Tiga: Alif Lam Mim yang dirilis pada tahun 2015 lalu.
Film garapan sutradara muda Anggy Umbara ini bahkan menjadi satu-satunya film Indonesia yang begenre futuristik, yakni sebuah tatanan sosial politik Indonesia di tahun 2036.
Film ini mendapat sambutan luas sebelum penayangan perdananya. Namun ternyata masa tayang di Panggung Bioskop hanya singkat, membuat banyak orang menaruh kecurigaan Film Tiga: Alif Lam Mim sengaja dihambat kerana mengganggu Agenda Kelompok kepentingan tertentu.
Apalagi saat ditayangkan di televisi pertama kali oleh NET TV, banyak adegan penting yang dipotong setelah menjalani proses sensor. Terang saja fenomena ini dikaitkan dengan kandungan Film Tiga: Alif Lam Mim, yang menceritakan kondisi sosial politik di Indonesia pada 2036.
Sebetulnya apa saja yang ditakutkan oleh beberapa kalangan itu dari Film Tiga: Alif Lam Mim ini, mari simak uraian berikut ini;
1. Bahaya Liberalisme Radikal
Ada tiga fahaman yang selalu menjadi bahan bakar dalam konstelasi politik di Indonesia yaitu; Liberalisme, Sosialime, dan Agama (Islamisme). Semuanya mengaku yang paling Nasionalis dan bakal memperbaiki Indonesia.
Sosialisme dianggap menjadi anti-tesis dan lawan dari liberalisme. Sedangkan agama lebih mengakomodir keduanya dalam batas yang proporsional. Indonesia bukanlah bentuk murni dari ketiganya, namun semacam hybrid.
Secara implisit dalam Dasar Negara PancaSila, ketiga fahaman diakomodir. Film Tiga ALif Lam Mim ini menjadi suatu warning bagi masyarakat Indonesia, ketika satu fahaman dominan dan merusak keseimbangan, maka fahaman yang lain akan tersingkir.
Liberisme Ekstrim akan memenggal fahaman-fahaman yang membahayakan eksistensinya, mungkin sosialisme juga akan begitu. Berbeda dengan Agama, terkhusus Islam yang memuat unsur liberalisme dan sosialime sekaligus.
Pada film Tiga yang mengisahkan Indonesia menjadi Negara Liberal di tahun 2036, ditampakkan kebengisan penguasa tanpa moral yang menghalalkan segala cara untuk membentuk tatanan liberal dan perdamaian semu. Itulah saat dimana liberalisme menjadi sangat radikal dan “teroris”.
READ MORE
READ MORE
TRAGEDI AMBON & POSO;"MENGENANG PEJUANG MUJAHIDIN & LASYKAR JIHAD FPI"
Konspirasi CSIS-KongloCina-Jenderal Merah & Penjajahan Cina Atas Republik Indonesia
JENDERAL PRABOWO SUBIANTO PEMBAYAR HUTANG TERBAIK DI DUNIA[1]
2. Sekulerisme Murni yang Meminggirkan Agama
Pengusung Sekulerisme yang masih malu-malu seperti masih menyembunyikan hidden agenda. Bahkan mereka tidak segan mengaitkan sekulerisme yang dikatakan sebagai bagian dari ajaran agama. Padahal sejatinya, Sekulerisme adalah musuh alami semua agama.
Jika tahap awal sekulerisme hanya melarang agama untuk ikut campur kedalam urusan publik, pada tahap akhir seperti yang dikisahkan dalam Film Tiga: Alif Lam Mim, Sekulerisme akan terang-terangan melarang semua ritual dan atribut agama baik di kehidupan publik maupun private.
Agama dipinggirkan, dideskriditkan, dicitrakan sebagai sesuatu yang kuno. Sehingga hampir semua orang Indonesia di tahun 2036 akan meninggalkan ajaran agama.
3. Hak Asasi Manusia yang Paradoks
Hak Asasi Manusia-HAM adalah barang dagangan orang-orang Liberal. Sayangnya, lebih banyak orang Liberalisme yang menggunakan HAM untuk menggebuk pihak lain. Mereka bicara HAM tentang Ajaran Sesat Ahmadiyah Qadiani (Ajaran Qadiani Lahore), tapi bisu tentang penangkapan Densus 88 yang semena-mena terhadap Umat Islam dan Ulama.
Mereka lantang bicara HAM tentang penutupan Gereja, namun diam seribu bahasa tentang Masjid yang dibakar. Itulah paradoksnya Liberalaasme.!Dan Film Tiga: Alif Lam Mim, ini menjadi pembenaran atas penyakit munafik liberalisme. Dalam film itu dikisahkan Indonesia sebagai negara liberal yang berdasarkan Hak Asasi Manusia.
Namun anehnya, HAM tidak berlaku bagi orang berjubah dan bergamis, mereka dilarang makan di tempat umum. Pondok Pesantren direkayasa agar dituduh teroris. Bom diledakkan di tempat keramaian hanya untuk membentuk opini masyarakat.
4. Terorisme Adalah Rekayasa Sosial
Via, twitter.com
Ini bagian yang paling sensitif dari film ini. Sebuah pesan bahwa terorisme yang terjadi di belahan dunia termasuk Indonesia adalah hasil rekayasa sosial. Dalam Film Tiga: Alif Lam Mim, diceritakan gerakan terorisme yang mengatasnamakan agama adalah settingan dari Aparat pemerintahan Negara.
Lalu apakah cerita film itu juga merepresentasikan dunia nyata? Sangat mungkin benar, melihat fenomena yang terjadi saat ini. Namun siapa aktor dibaliknya itu yang sulit diungkap.
Busyro Muqqodas, mantan Ketua KPK-Komisi Pemberantasan Korupsi dan Ahli Hukum UII, dalam penelitiannya beliau berani mengungkap bahwa ada indikasi terorisme di Indonesia adalah settingan dari para Aparat Intelijen Negara. Namun tentu saja kebenarannya masih misterius bagi kita.
5. Liberalisme-pun Otoriter
Via,print.kompas.comSelama ini yang selalu diidentikkan dengan Otoritarianisme adalah faham an Sosialisme dan Agama. Yakni, Negara Komunis dan Negara Teokrasi. Negara Liberalisme selalu mencitrakan diri membuat penduduk negara lebih bebas.
Pada film Alif Lam Mim ini, ternyata negara yang sudah menganut Liberalisme murni pun tak ubahnya seperti Negara Komunis dan Fasis yang selalu ingin membuat rakyatnya tunduk pada kekuasaan.Namun bedanya liberalisme tidak terang-terangan dan menjalankan misi pengaturan masyarakat itu dengan rahasia. Bahkan media masa juga dibungkam agar tidak sembarangan memberitakan kejanggalan pemerintah.
Satu inspirasi penting yang patut kita jadikan acuan, Adalah bahwa seperti apapun Liberalisme mendistorsi Agama, moral agama khususnya ajaran Islam akan terus bertahan.
Agama akan terus bertahan, kerana itu kepastian janji dari Allah Jalla Jalalah, yang tertuang dalam Kitab Suci AlQuran, melalui kekuatan tangan-tangan manusia yang menjaga ajaran Agama Islam tersebut.
No comments
Post a Comment