Kisah Tragis Pasangan Suami-Istri Warga Emas di Magelang Ditemukan Meninggal Selepas.,?!
Pasangan lansia meninggal di rumahnya (Foto: Pertiwi/detikcom)
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.- Sukardjo (70) dan Surati (60) sepasang suami istri warga Dusun Sanggrahan, Desa Mungkid, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, ditemukan meninggal dunia di rumahnya. Diperkirakan, mereka telah meninggal,dua minggu tanpa diketahui keluarganya.
Menantu korban, Kholid, adalah yang mengetahui pertama kali kedua mertuanya itu telah meninggal, Ahad(28/1/2018) pagi. Dia sebelumnya dihubungi saudara-saudaranya yang tinggal di luar kota yang kesulitan menghubungi kedua ibubapanya itu kerana HP Sukardjo selalu tidak aktif.
"Saya kemudian mengecek kesini (rumah korban) sampai dua kali, saya lihat lampu-masih menyala dan kondisi pintu jendela terkunci. Akhirnya saya meminta izin saudara yang lain untuk mendobrak pintu rumah dengan dibantu warga sekitar, ujarnya.
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.- Sukardjo (70) dan Surati (60) sepasang suami istri warga Dusun Sanggrahan, Desa Mungkid, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, ditemukan meninggal dunia di rumahnya. Diperkirakan, mereka telah meninggal,dua minggu tanpa diketahui keluarganya.
Menantu korban, Kholid, adalah yang mengetahui pertama kali kedua mertuanya itu telah meninggal, Ahad(28/1/2018) pagi. Dia sebelumnya dihubungi saudara-saudaranya yang tinggal di luar kota yang kesulitan menghubungi kedua ibubapanya itu kerana HP Sukardjo selalu tidak aktif.
"Saya kemudian mengecek kesini (rumah korban) sampai dua kali, saya lihat lampu-masih menyala dan kondisi pintu jendela terkunci. Akhirnya saya meminta izin saudara yang lain untuk mendobrak pintu rumah dengan dibantu warga sekitar, ujarnya.
Begitu masuk, dia Sukardjo sudah meninggal dalam posisi duduk di kursi
ruang tamu. Sedangkan Surati meninggal di tempat tidur. Sebelumnya
Surati telah menderita stroke dan hanya dirawat sendiri oleh Sukardjo di
rumah, lantaran anak-anaknya tinggal berada di luar kota.
Kholid mengaku rutin menjenguk kedua mertuanya itu setiap tiga minggu. Dia juga mengaku terkahir kali melihat keduanya sekitar tiga minggu yang lalu.
Penemuan tersebut kemudian dilaporkan ke aparat keamanan. Petugas selanjutnya membawa kedua jenazah ke RSUP Dr Sardjito Yogyakarta untuk proses autopsi.
"Kita belum bisa mengetahui penyebab pasti meninggalnya kedua korban. Untuk memastikannya, jenazah kita bawa ke RSUP Dr Sardjito untuk proses autopsi," jelas Kapolsek(Ketua Polis Sektor) Mungkid, AKP Supriyanto, di lokasi kejadian.
Menurut Supriyanto, kematian kedua korban diperkirakan sekitar 2 minggu sebelum ditemukan. Hal itu berdasarkan hasil pemeriksaan sementara petugas kesehatan dari Puskesmas(Pusat /Klinik KesehatanMasyarakat) Daerah Mungkid.(Via detikcom)
READ MORE
Kholid mengaku rutin menjenguk kedua mertuanya itu setiap tiga minggu. Dia juga mengaku terkahir kali melihat keduanya sekitar tiga minggu yang lalu.
Penemuan tersebut kemudian dilaporkan ke aparat keamanan. Petugas selanjutnya membawa kedua jenazah ke RSUP Dr Sardjito Yogyakarta untuk proses autopsi.
"Kita belum bisa mengetahui penyebab pasti meninggalnya kedua korban. Untuk memastikannya, jenazah kita bawa ke RSUP Dr Sardjito untuk proses autopsi," jelas Kapolsek(Ketua Polis Sektor) Mungkid, AKP Supriyanto, di lokasi kejadian.
Menurut Supriyanto, kematian kedua korban diperkirakan sekitar 2 minggu sebelum ditemukan. Hal itu berdasarkan hasil pemeriksaan sementara petugas kesehatan dari Puskesmas(Pusat /Klinik KesehatanMasyarakat) Daerah Mungkid.(Via detikcom)
READ MORE
Proses evakuasi jenazah untuk dilakukan autopsi (Foto: Pertiwi/detikcom)
Bagaimana pertama kali perasaan Anda saat membaca berita diatas? Terkejut,Sedih atau bagaimana?
Kematian pasangan suami isteri warga emas,jika di Indonesia disebut Warga Lansia (Lanjut Usia) di Kota Magelang tersebut dirumahnya tanpa diketahui orang lain selama lebih kurang 2 minggu.. memberikan pelajaran ke kita sebagai anak. Rawatlah ibubapa bersama kita di saat masa tuanya atau kalau mereka tidak mahu dan tetap ingin hidup di rumah mereka sendiri.Hubungilah mereka setiap hari..Kalau Anda tinggal satu kota.Kunjungilah mereka setiap hari..
Sedih dan haru membaca berita tentang kematian pasangan suami isteri tersebut. hiks hiks...ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Kemarin petang seorang teman menunjukkan sebuah foto yang ada di Whatsapp group nya, Wilayah Mungkid Magelang. Mayat dua orang warga emas yang sudah membengkak, menghitam dan mulai berair. Saya hanya melihat sekilas kerana tidak punya cukup nyali memandangnya lama-lama.
Jenasah Datuk-Nenek itu ditemukan beberapa hari setelah kematiannya oleh menantu dan tetangga. Tak ada yang tahu persis bila mereka berdua wafat. Kata polisi kemungkinan sudah dua minggu berlalu. Mereka meninggal tanpa kata, tanpa pamit dan yang pasti tanpa didampingi oleh anak-anak, menantu dan cucu-cucunya.
Bukan kerana mereka tak punya, bila kita meliahat bentuk rumahnya kedua pasangan warga emas itu bukanlah orang susah,miskin. Namun hanya tidak ada satu pun anak-anaknya yang bisa menemani dan merawat mereka di hari-hari tuanya. Anak-anak mereka tinggal di luar kota. Saya ikut sesak menahan air mata.
Lelaki warga emas(sepuh-Indonesia) itu akhirnya meninggal dalam keadaan duduk bersandar pada kursi kayu di ruang tamunya.
Lelaki itu sehar-harinya adalah suami yang merawat istrinya yang stroke dan sudah tidak bisa beraktiviti apapun kecuali berbaring di tempat tidur. Polisi memperkirakan kematian lelaki sepuh ini terjadi lebih dulu. Istrinya menyusul wafat kemudian, banyak orang mereka-reka cerita: "sang istri meninggal kerana selama berhari-hari tak makan minum atau melakukan aktiviti lainnya, kerana sang suami yang selama ini menjadi satu-satunya 'perawat' terlebih dahulu meninggal dunia".
Bagaimanakah Anda bayangkan keadaan mereka berdua ? Saat sang istri memanggil suaminya berkali-kali dalam resah namun tak ada jawaban apapun. Resah bukan saja kerana ia sendiri merasa lapar, sakit dan tak berdaya. Namun mengkhawatirkan keadaan belahan jiwanya namun tak bisa berbuat apa-apa kerana badan tak lagi boleh digerakkan disebabkan stroke sudah bertahun.
"Sang suami juga tak bisa mengabarkan kepada siapapun untuk menggantikannya merawat istri tercinta. Kematian datang tanpa mengucapkan salam pemberitahuan. Begitu tiba-tiba dan sangat nyata".
Mereka berdua meninggal di dalam rumah mereka sendiri. Rumah yang menjadi saksi saat pernikahan mereka bermula, saat mereka melahirkan anak-demi-anak. Membesarkan anak-anak mereka dari bayi merah, hingga akhirnya bisa merangkak perlahan, berjalan, berlari … dan akhirnya pergi sendiri-sendiri menapaki jalan takdirnya.
Menjadi Ibubapa memang adalah jalan panjang untuk melepaskan seorang anak agar mampu menjalani kehidupan mereka sendiri .Kerana itulah mengapa kisah pengasuhan anak menjadi rumit. Kerana pengasuhan telah melibatkan berjuta ragam emosi dan kenangan. Anak-anak lahir dari rahim Ibunya, membawa DNA Bapaknya, besar dengan keringat dan airmata Ibubapanya : Namun bukan milik Ibu Bapanya.,!
Ibu Bapa harus redha melepaskan anaknya menjalani peranan kehidupannya sendiri, Suatu waktu. Bahkan saat sang anak memutuskan untuk pergi mengembara menggapai mimpi-mimpi mereka
Dan bagi Ibu Bapa, ternyata berpisah dengan anak itu bukan urusan mudah.
Meski teknologi membuat kita bisa menatap wajah keriput mereka di layar smartphone, ternyata tak ada yang bisa mengobati rindu sebaik dekapan hangat dan ketulusan cinta. Sebanyak apapun uang tak akan bisa membeli perhatian, senyuman, dukungan dan pelayanan tulus.
Saya menuliskan ini bukan hendak menyalahkan si anak atau keluarganya, saya pun tak tahu persis apa kesulitan mereka. Saya hanya ingin menuliskan catatan untuk diri saya sendiri. Kerana mungkin saja atau saya atau Anda dan keluarga pun juga tinggal berjauhan dari Ibu Bapa..
Ibu Bapa kita,mereka adalah pintu syurga yang terbuka. Berbuat baik pada mereka bahkan lebih didahulukan daripada jihad. Menafkahi mereka adalah keutamaan yang besar. Bersabar atas mereka adalah pahala yang besar dihadapan ALLAH.
Waktu berlalu, usia mereka bertambah, badan mereka makin lemah, kematian semakin mendekat. Bukan tentang kematian mereka, namun juga tentang jatah kematian diri kita. Adakah yang bisa menjamin bahwa kita bisa setua mereka dan punya waktu untuk melanjutkan mimpi yang tak ada habisnya ?
PULANGLAH WAHAI ANAK-ANAK,,!
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam lalu berkata “Saya berbai’at kepadamu untuk berhijrah dan berjihad, aku mengharapkan pahala dari Allah.” Beliau Rasulullah bertanya, “Apakah salah satu IbuBapamu masih hidup?” Ia menjawab, “Ya, bahkan keduanya masih hidup.” Rasulullah bertanya lagi, “Maka apakah kamu masih akan mencari pahala dari Allah?” Ia menjawab, “Ya.” Maka beliau pun bersabda, “Pulanglah kepada kedua Ibu Bapamu lalu berbuat baiklah dalam mempergauli mereka.” [Hadits Riwayat Muslim]
Pulanglah, ada syurga yang bisa kita raih dalam bakti padanya. Pulanglah, ada berkah dan kebaikan yang besar yang akan kita dapatkan untuk memperbaiki kehidupan kita sendiri. Pulanglah, kesempatan terbatas dan tak bisa diulang. Sempatkanlah pulang, supaya kita bisa memohon maaf atas bakti yang tak sempurna, atas semua kedurhakaan dan belum mampunya kita membahagiakan mereka.
Menjadi Ibubapa memang adalah jalan panjang untuk melepaskan seorang anak agar mampu menjalani kehidupan mereka sendiri .Kerana itulah mengapa kisah pengasuhan anak menjadi rumit. Kerana pengasuhan telah melibatkan berjuta ragam emosi dan kenangan. Anak-anak lahir dari rahim Ibunya, membawa DNA Bapaknya, besar dengan keringat dan airmata Ibubapanya : Namun bukan milik Ibu Bapanya.,!
Ibu Bapa harus redha melepaskan anaknya menjalani peranan kehidupannya sendiri, Suatu waktu. Bahkan saat sang anak memutuskan untuk pergi mengembara menggapai mimpi-mimpi mereka
Dan bagi Ibu Bapa, ternyata berpisah dengan anak itu bukan urusan mudah.
Meski teknologi membuat kita bisa menatap wajah keriput mereka di layar smartphone, ternyata tak ada yang bisa mengobati rindu sebaik dekapan hangat dan ketulusan cinta. Sebanyak apapun uang tak akan bisa membeli perhatian, senyuman, dukungan dan pelayanan tulus.
Saya menuliskan ini bukan hendak menyalahkan si anak atau keluarganya, saya pun tak tahu persis apa kesulitan mereka. Saya hanya ingin menuliskan catatan untuk diri saya sendiri. Kerana mungkin saja atau saya atau Anda dan keluarga pun juga tinggal berjauhan dari Ibu Bapa..
Ibu Bapa kita,mereka adalah pintu syurga yang terbuka. Berbuat baik pada mereka bahkan lebih didahulukan daripada jihad. Menafkahi mereka adalah keutamaan yang besar. Bersabar atas mereka adalah pahala yang besar dihadapan ALLAH.
Waktu berlalu, usia mereka bertambah, badan mereka makin lemah, kematian semakin mendekat. Bukan tentang kematian mereka, namun juga tentang jatah kematian diri kita. Adakah yang bisa menjamin bahwa kita bisa setua mereka dan punya waktu untuk melanjutkan mimpi yang tak ada habisnya ?
PULANGLAH WAHAI ANAK-ANAK,,!
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam lalu berkata “Saya berbai’at kepadamu untuk berhijrah dan berjihad, aku mengharapkan pahala dari Allah.” Beliau Rasulullah bertanya, “Apakah salah satu IbuBapamu masih hidup?” Ia menjawab, “Ya, bahkan keduanya masih hidup.” Rasulullah bertanya lagi, “Maka apakah kamu masih akan mencari pahala dari Allah?” Ia menjawab, “Ya.” Maka beliau pun bersabda, “Pulanglah kepada kedua Ibu Bapamu lalu berbuat baiklah dalam mempergauli mereka.” [Hadits Riwayat Muslim]
Pulanglah, ada syurga yang bisa kita raih dalam bakti padanya. Pulanglah, ada berkah dan kebaikan yang besar yang akan kita dapatkan untuk memperbaiki kehidupan kita sendiri. Pulanglah, kesempatan terbatas dan tak bisa diulang. Sempatkanlah pulang, supaya kita bisa memohon maaf atas bakti yang tak sempurna, atas semua kedurhakaan dan belum mampunya kita membahagiakan mereka.
Pulanglah, kerana sampai kita menjadi ibu bapaa bagi anak-anak kita pun masih saja menyusahkan mereka. Pulanglah, untuk mengucapkan terimakasih yang tak pernah cukup.
Jika mereka sakit hari ini, sungguh sakit mereka pun bisa jadi kerana kita anak-anaknya. Masa muda dan kekuatan mereka berkurang untuk membesarkan kita anak-anaknya.
“Rindu itu berat, hidup dalam sepi tanpa anak-anak dan cucu-cucu di akhir masa tua itu jauh lebih berat”
Sungguh tak ada Ibu Bapa yang ingin menyusahkan anak-anaknya. Tak ada yang ingin sakit di masa lemahnya. tak ada yang ingin berhitung budi dengan anak-anaknya. Mereka ikhlas.!
Bukan Ibu Bapa yang sebenarnya memerlukan anak-anaknya. Tapi justru anak-anaknya lah yang sangat memerlukan IbuBapanya. Kerana sadar bahwa amal yang tak seberapa ini, dosa yang banyak ini hanya bisa lebur dengan amalan istimewa di mata ALLAH SWT, Salah satunya adalah berbakti pada Ibu Bapa.
“Redha Allah tergantung kepada keredhaan IbuBapa dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan IbuBapa” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]
“Setiap dosa, Allah akan menunda (hukumannya) sesuai dengan kehendakNya pada hari Kiamat, kecuali durhaka kepada IbuBapa. Sesungguhnya orangnya akan dipercepat (Hukumannya sebelum hari Kiamat).” [Hadits Riwayat Bukhari]
Memang tak ada Ibu Bapa yang sempurna.Namun yang pasti bahwa setiap anak berhutang pada IbuBapanya. Bukan tentang nominal angka-angka yang mereka habiskan untuk membesarkan dan mendidik kita, namun tentang cinta, ketulusan, perhatian, doa dan pengorbanan yang tak berbilang.
Maka, ketika seorang anak yang menggendong sang ibu bertawaf bertanya pada Ibnu Umar “Apakah aku sudah membalas baktiku pada Ibuku?”
“Belum, bahkan engkau belum membalas satu tarikan nafas dan rasa sakitnya saat ia melahirkanmu” Wallahu'Alam.
Rabbifghfirli Waliwaa Lidayya Warhamhumaa Kamaa Rabbayani Shoaghiraa….
(Edited dari Status Asal FB Ninin Kholida)
“Belum, bahkan engkau belum membalas satu tarikan nafas dan rasa sakitnya saat ia melahirkanmu” Wallahu'Alam.
Rabbifghfirli Waliwaa Lidayya Warhamhumaa Kamaa Rabbayani Shoaghiraa….
(Edited dari Status Asal FB Ninin Kholida)
No comments
Post a Comment