Legenda "BOCAH MISTERIUS" Muncul Pada Bulan Ramadhan
Ilustrasi Image by Google Image.
Prolog,
"BOCAH MISTERIUS"Menurut yang empunya cerita,beberapa tahun silam beliau menemukan di sebuah mailing list(milis) postingan yang menarik ini bertajuk “Bocah Misterius”. Menurutnya,setiap kali dipublish, respond dan comment yang datang sangat banyak. Kerana itu beliau merasa perlu mempublishnya lagi pada Ramadhan Mubarak ini.
Setelah membacanya,radar instinct journal saya memberikan signal,sangat perlu rasanya kisah ini saya posting untuk pembaca setia blog ini.
Namun,amat disayangkan saya tak menemukan siapa penulis asal kisah ini.Setelah saya search di google saya banyak menemukan kisah ini diupload via video YouTube dan juga dipublish di media website & blog.Justru tak ada dinyayatakan siapa penulisnya dan dimana kejadian ini berlaku sebenarnya.
Namun menurut renungan saya kisah ini adalah kisah sebenar.Namun nama tempat dan orang yang dalam kisah tersebut sudah diubah-suai agar lebih fiksi.Dan saya yakin peristiwa ini bukan berlaku di Indonesia,walau kisah ini banyak dipublish di media Indonesia seperti saya sebutkan diatas.
Alhamdulillah,Maaf panjang pula prolog saya,berikut mari kita simak kisah lagenda menarik ini.
(Maaf kepada pembaca blog saya dari gugusan tanah Melayu,kerana saya mengekalkan tajuknya dengan kalimat "Bocah" sebab bila saya coba tukar dengan kalimat "Budak" atau "Kanak-Kanak" tidak menepati inti kisah ini)
BACA JUGA Nabi Adam Alaihis Salam,dari JANNAH Singgah di Sri Langka atau Pulau Sumatera?
Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung.Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang dewasa dan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan.
Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala.
Sementara tangan kirinya memegang minuman ais kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran ais yang melekat diplastik ais tersebut.
Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa!
Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Ais kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya.
Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, kerana kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya.
Diantara penduduk kampung yang mendapat kabar itu adalah Luqman,beliau mendapat laporan dari orang-orang kampung mengenai bocah itu. Mereka(penduduk kampung) tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi ais kelapa dan roti isi daging tersebut.
Pernah ada yang coba melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus kehairanan.BACA JUGA;
Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.
Misteri Jembatan Shirathal Mustaqim Setipis Rambut Rambut Dibelah Tujuh
Imam al-Ghazzali “Ilmu Tanpa Amal Adalah Gila dan Amal Tanpa Ilmu Adalah SombongLuqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap ba'da waktu Zohor, anak itu akan muncul secara misterius.
Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan ais kelapa dan roti isi daging yang sama juga!
Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput ais kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum ais itu juga.
Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi,bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar.
“Bismillah.. .” ucap Luqman dengan kembali mencengkam lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berfikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini.
Kalau memang bocah itu “bocah beneran” pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu.
Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman.
Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah.
Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya.
“Ada apa Tuan melarang saya meminum ais kelapa dan menyantap roti isi daging ini? "Bukankah ini kepunyaan saya?” tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya.
Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman.
“Maaf ya, itu kerana kamu melakukannya dibulan puasa,” jawab Luqman dengan halus,
”Apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu..”
Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi.
“Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan puasa?
"Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? "Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis"..?
"Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal.."?!
"Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus"..?
"Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…!?”
Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk mencelah.
Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar “sangat” menusuk, kini ia bersuara lirih, menghiba.
“Ketahuilah Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja".
"Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri"..?
"Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri"..?
"Tuan".., "sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula".
"Tuan".., "kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…"!
"Tuan".., "sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta? Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih"..?
"Tuan".., "sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat"..?
"Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. "Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa"..?
"Tuan".., "jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. "Tuan…, jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan bahan makanan ‘untuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak….”
Wuahh…, entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan.
Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya!
Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan.
Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.
Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi.
Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu.
Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman!
Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main.
Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi.
Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat.. Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak.
Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah SWT, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan.
Marilah berfikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.
Luqman berterima kasih kepada Allah Ta'ala yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah SWT, sebut mati mata hatinya.
Sekarang yang ada difikirannya adalah , entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.
Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati.
Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya.
Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.
Selamat menjalankan ibadah puasa…
----------------
(Alhamdulillah,Terima kasih banyak untuk penulis asal artikel ini.Juga kepada rakan FB saya Tuan Syukriy Abdulah-yang telah mempublishnya.Hinga membuat saya tertarik untuk sharing di blog sederhana ini)
No comments
Post a Comment