Tahukah Anda Apa Bedanya Plurality vs Pluralisme Agama ?


#Pluralitas/Plurality itu bertoleransi 
#Pluralisme itu hanya SEOLAH-OLAH bertoleransi, padahal TIDAK sama sekali.

<img src="Plurality vs Pluralisme.jpg" alt="Tahukah Anda Apa Bedanya Plurality vs Pluralisme Agama ? ">
                             Ilustrasi; Image by Jonru.com      


Tahukah Anda Apa Bedanya Plurality vs Pluralisme Agama?

Di Malaysia sebelum PRU/Pilihan Raya Umum ke 13 lagi sudah terdengar isu adanya kumpulan atau golongan yang akan mengembangkan fahaman sesat lagi menyesatkan yang dipanggil Liberalisme dan Pluralisme Agama.

Mereka berlindung disebalik persatuan dan NGO misalnya SIS-Sister In Islam dan yang terbaru adalah Kumpulan Elit Melayu profesional yang menggelar diri mereka sebagai Kumpulan G25.Mereka berprofesi di jabatan-jabatan kerajaan Malaysia misalnya sebagai pensyarah dan ahli perniagaan,mantan hakim.Dan juga terdiri daripada pesara kakitangan awam berpangkat tinggi dan pemimpin berpengaruh dalam kerajaan yang sebelum ini turut membuat kenyataan kontroversi dalam beberapa isu.


Antaranya, ia menggesa Perdana Menteri Datuk Seri Najib Razak menangani ketegangan agama dan kaum dan membimbing Malaysia kembali kepada kesederhanaan.

<img src="Plurality vs Pluralisme.jpg" alt="Tahukah Anda Apa Bedanya Plurality vs Pluralisme Agama ? ">
(Kumpulan G25/Image by TheMalaysiaKini)

Malah jurucakap kumpulan ini,adalah bekas Duta Malaysia ke Belanda Datuk Noor Farida Ariffin,Dan anggota yang lain termasuk ;

  • Mantan Timbalan Ketua Setiausaha Jabatan Perdana Menteri Tan Sri Alwi Jantan,
  • Mantan Naib Canselor Universiti Malaya Tan Sri Rafeah Salim,
  • Tokoh perniagaan Datuk Seri Nazir Ariff,
  • Bekas pengarah urusan dan ketua pegawai eksekutif Petronas Dagangan, Datuk Anwaruddin Osman dan bekas Duta.
  • Dan juga mantan timbalan setiausaha agung Asean Datuk Ahmad Mokhtar Selat.
Selain itu, G25 turut menerima pertambahan ahli melalui penyertaan:
  • Mantan Timbalan Ketua Setiausaha Kementerian Pertahanan Datuk Baharuddin Musa,
  • Dekan Fakulti Perubatan UM Prof Dr Adeeba Kamarulzaman,
  • Mantan Dekan Fakulti Ekonomi UM Prof Dr Ariff Abdul Kareem dan
  • Mantan Ahli Parlimen Mohamed Tawfiq Tun Dr Ismail serta
  • Eksekutif Kewangan Korporat CIMB Berhad Shazal Yusof Mohd Zain.
Datuk Noor Farida Ariffin dalam kenyataan kepada The Malaysian Insider sebelum ini berkata, G25 terbuka untuk bekerjasama dengan mana-mana pertubuhan masyarakat sivil bagi menerangkan matlamat perjuangan mereka, namun tidak kepada parti politik.

Bagi saya pribadi dalam hubungan G25 ini saya belum menuntaskan pendapat saya atau masih samar-samar terhadap NGO 25 ini bahwa mereka adalah penganut tegar Liberalisme dan Pluralisme Agama secara muktamad.Kerana kurang info yang bisa diperolehi secara fakta.Cuma untuk saat ini maklumat hanya diperolehi dari media baru sahaja.

Namun pada Persidangan Agung tahunan NGO-PERKASA (20 Dis 2015) telah meluluskan usul mendesak kerajaan mengisytiharkan kumpulan Melayu bernama G25 sebagai sesat.



Keputusan itu dibuat susulan dakwaan terlalu banyak penyebaran fahaman “liberalisme dan pluralisme” kebelakangan ini, yang menurut kumpulan pendesak Melayu itu, boleh mengancam akidah umat Islam.



Presiden PERKASA Datuk Ibrahim Ali,
beliau berkata demikian semasa menyampaikan ucapan penggulungan dalam persidangan keenam PERKASA di Pusat Islam, Kuala Lumpur petang tadi.juga mahu kerajaan bertindak terhadap pihak yang sengaja melanggar Perkara 3 Perlembagaan Persekutuan, berkaitan Islam sebagai agama persekutuan.


G25 sebelum ini mahu beberapa undang-undang syariah yang dilihat menceroboh ruang peribadi, seperti tangkapan khalwat, disemak semula
.

"PERKASA mengecam keras kebiadaban kumpulan G25 ini dan mendesak supaya kerajaan bertegas, mengenkang fahaman mereka dengan menfatwa kumpulan G25 sebagai kumpulan sesat.(sumber)

* * *
Selama ini, banyak sekali orang yang salah kaprah(
misguided) dengan pengertian Pluralitas/
Plurality vs Pluralisme. Banyak orang yang menuduh Islam anti perbedaan, intoleran, tidak menghargai umat agama lain, dan seterusnya. Dan tuduhan ini berasal dari kesalahan persepsi belaka. Mereka mencampuradukkan dan tidak bisa membedakan antara pluralitas/plurality dengan pluralisme.




Di mana bedanya? Berikut saya jelaskan.

I-A. Pluralitas/Plurality itu fakta keberagaman/kepelbagaian Fakta bahwa ada agama Islam, ada Kristian, ada Hindu, ada Budha, ada Atheis, ada Syiah, dan seterusnya. Fakta bahwa masing-masing agama punya keyakinan yang berbeda, punya tuhannya masing-masing, yang berbeda dengan tuhan pada agama lain.

I-B. Pluralisme itu mengakui fakta keberagaman/kepelbagaian, namun mengaburkan perbedaannya. Mereka beranggapan bahwa semua agama sama baiknya, sama-sama menuju tuhan yang sama. Padahal Tuhan bagi Islam adalah Allah SWT, tuhan bagi Kristian adalah Yesus. Tentu itu TIDAK SAMA, bukan?

II-A. Pluralitas/Plurality itu menghargai perbedaan. “Saya seorang muslim, dan menghargai perbedaan keyakinan yang dianut oleh teman saya. Dia punya keyakinannya sendiri. Menurut saya keyakinannya itu aneh, tidak benar, sesat, tidak masuk akal. Tapi saya menghargai dan menghormatinya. Saya tetap berteman dengannya. Saya berbuat baik padanya selama dia pun berbuat baik pada saya.”

Pluralitas itu menghargai perbedaan secara menyeluruh, adil dan menyenangkan bagi semua tanpa kecuali (yang merasa tidak diperlakukan secara adil, biasanya hanya kerana berburuk sangka atau salah persepsi saja).


II-B. Pluralisme itu SEOLAH-OLAH menghargai perbedaan, namun sebenarnya TIDAK. Mereka sangat menghargai dan membela umat Kristian, Hindu, Budha, Syiah, Ahmadiyah, dan seterusnya. Namun mereka sangat TIDAK menghargai Islam. Mereka hampir setiap hari menghina Islam, melecehkan Islam. Mereka menghargai perbedaan secara parsial, berat sebelah, standar ganda/double standard, tidak adil.

III-A. Pluralitas/
Plurality itu bertoleransi. Dan makna toleransi yang benar adalah MEMBIARKAN. “Saya membiarkan teman saya merayakan Hari Natal. Saya menghormati ibadahnya itu walau saya tidak setuju. Saya menghormati keyakinannya bahwa Yesus itu Tuhan, padahal menurut agama saya Yesus atau Isa itu nabi, bukan Tuhan.”

Pluralitas itu bertoleransi secara menyeluruh, adil dan menyenangkan bagi semua tanpa kecuali (yang merasa tidak diperlakukan secara adil, biasanya hanya kerana berburuk sangka atau salah persepsi saja).

III-B. Pluralisme itu hanya SEOLAH-OLAH bertoleransi, padahal TIDAK sama sekali. Selama ini mereka paling getol/gencar menyerukan toleransi. Ketika gereja dibakar, mereka menyerukan toleransi. Namun ketika masjid dibakar, mereka diam saja, pura-pura tidak tahu.

Ketika umat Islam tidak mahu mengucapkan selamat Natal, mereka bilang “ayo dong bertoleransi”. Namun ketika umat Islam dibantai di Myanmar, mereka diam saja, pura-pura tidak tahu.

Ketika umat Islam dilarang pakai topi Santa Claus, mereka bilang, “ayo dong bertoleransi.” Namun ketika umat Islam berjanggut dan berjilbab, mereka bilang itu teroris, budaya Arab, goblok, dan seterusnya. Mereka bertoleransi secara parsial, berat sebelah, standar ganda/
double standard, tidak adil.

IV-A. Pluralitas / P
luralityitu “Hanya Agamaku Yang Benar, Agamamu Tidak Benar. Namun aku tetap menghargai dan menghormati keyakinanmu. Aku berbuat baik padamu selama kamu pun berbuat baik padaku.”

IV-B. Pluralisme itu “Semua agama benar dan sama saja baiknya.” Tentu ini ajaran yang SESAT dan aneh. Sebab Kristian mengajarkan bahwa yang boleh masuk syurga hanyalah mereka yang menerima Yesus.

Sementara Islam mengajarkan bahwa yang berhak masuk syurga hanya mereka yang bersyahadat. Artinya, Kristian mengakui bahwa hanya agama mereka yang benar, agama lain tidak benar (bahkan diberi istilah “domba yang tersesat”).

Islam pun mengakui hanya agama mereka yang benar, agama lain tidak benar. Tentu prinsip ini SANGAT BERTENTANGAN dengan prinsip “semua agama benar dan sama baiknya.”

V-A. Pluralitas adalah “Keyakinan atau Aqidah is Number One, Harga Mati, Tak Boleh Ditawar-tawar”. Hal-hal lain seperti akhlak dan sebagainya, berada di bawah aqidah.

Contoh:
Islam melarang untuk memilih pemimpin dari kalangan selain Islam. Ini adalah soal aqidah. Kerana aqidah itu number one, harga mati, tak boleh ditawar-tawar, maka syarat pertama untuk memilih pemimpin adalah harus beragama Islam. Adapun soal akhlaknya dan sebagainya, itu pertimbangan kesekiannya.

Jadi slogan “lebih baik kafir asal tidak korupsi, daripada muslim tapi koruptor” yang belakangan ini sangat terkenal, merupakan slogan yang SALAH KAPRAH (
(misguided)) dan kacau balau dari segi prinsip aqidah. Yang benar adalah, “Pemimpin ideal adalah muslim sekaligus akhlaknya baik.”

V-B. Pluralisme adalah “Akhlak jauh lebih penting ketimbang aqidah.” Jadi menurut mereka, orang Kristian yang baik akan masuk syurga. Orang Budha yang baik akan masuk syurga. Demikian seterusnya. Padahal aqidah itu ibarat kunci syurga. Anda baru bisa masuk syurga jika pakai kunci yang benar. Jika kuncinya salah, tentu tak bisa masuk syurga.

Islam meyakini bahwa kunci yang benar adalah Aqidah Islam. Umat agama lain boleh berakhlak mulia. Namun mereka datang ke syurga dengan kunci yang salah, sehingga tak akan bisa masuk syurga. Begitulah analoginya.
* * *
Islam mengakui dan sesuai dengan prinsip-prinsip pluralitas. Dan Islam menentang pluralisme, kerana itu ajaran sesat.
Banyak sekali dalil dari ajaran Islam yang mendukung pluralitas. Contohnya adalah ayat berikut:


“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik (dalam urusan dunia) dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tiada memerangimu kerana agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (AlQuran Surah. Al-Mumtahanah : 8)
Semoga bermanfat, Salam sukses selalu!
 
Kuala Lumpur 22 Disember 2015


Follow me:
Twitter: @Helmy
Facebook ;@KI Panji The- Author
__________________________

Referensi;

Artikel NGO-G25/TheMalaysiaInsider
Artikel NGO-Perkasa/TheMalaysiaKini
Artikel
Pluralitas vs Pluralisme/JONRU.com

No comments