Polemik Menggugat Fatwa-Fatwa Fiqih Imam Madzhab Adalah Keliru
Polemik Menggugat Fatwa-Fatwa Fiqih Imam Madzhab Adalah Keliru.
Secara umumnya kita masyarakat Muslim di Kepulauan Nusantara ini bermadzhab Syafi’i. Jika kita punya guru bermadzhab Syafii, maka kita juga sudah bermadzhab,walaupun tanpa kita sadari.
Isu persoalan tentang umat Islam di Malaysia perlu berpegang kepada mazhab atau tidak.Dengan tuduhan umat Islam yang berpegang kepada satu-satu mazhab dituduh sebagai Fanatik (ta’assub)-taklid buta dan sebagainya kembali hangat diperbincangan di media sosial seperti facebook.
Dan perbahasannya sudah menjadi perdebatan hangat oleh para netizen-terkadang telah menjurus kepada perbalahan/pergaduhan yang terkeluar dari ruang muzakarah yang beradab
Untuk mengulas isu diatas media FORTUNA LIFESTYLE.COM,coba mencari jawaban ringkas untuk sekadar sharing dan mengurai kekusutan isu tersebut agar tidak menjadi polemik yang membawa kepada perpecahan umat Islam amnya.
Jawaban yang sesuai untuk polemik ini menurut admin adalah ulasan ringkas yang berbobot oleh Dr.Ugi Suharto,pakar pemikiran Islam Indonesia yang diposting dimedia-inpasonline.
Menurut beliau yang menjadi persoalan dan menjadi isu masyarakat kini dan selalu diulang-ulang menjadi polemik oleh pihak/kumpulan tertentu adalah bila masyarakat kita dianjurkan untuk meninjau ulang taqlid kepada madzhab. Apalagi sampai mengharamkan madzhab.demikian menurut,Dr.Ugi Suharto.
Menurutnya, seruan menyalahkan orang bermadzhab adalah keliru.Dan orang yang lagi bingung,madzhabnya apa juga dalam kekeliruan.
- “Yang menjadi persoalan adalah apabila kita disuruh menilai kembali taqlid kita kepada madzhab,bahkan dikatakan salah dan harus keluar dari madzhab serta berpegang dengan dalil-dalil hadis yang zahir. Suruhan dan anjuran ini yang mengelirukan”, terang Dr.Ugi.
Menurutnya,menggugat fatwa-fatwa fiqih imam madzhab adalah keliru.Jika dalam keadaan keliru wajib betul-betul
belajar untuk hilangkan kekeliruan tersebut.
“Kalau sudah keliru, maka wajib hukumnya untuk belajar betul-betul untuk menghilangkan kekeliruan tersebut”, tegas beliau.
Beliau menasihati, bahwa belajar yang betul bukan melalui media sosial atau mengambil dari internet.
“Belajar betul-betul itu tidak cukup dengan mengambil dari internet atau media sosial,tapi harus berguru dan belajar secara sistematik seperti kita sekolah”, tambah alumni ISTAC Malaysia tersebut.
Maka, bagi orang yang tidak tahu madzhabnya apa,harus belajar dalam bimbingan guru.“Jawaban melalui media sosial tidak akan mencukupi” kata beliau.
Beliau mengibaratkan ilmu agama seperti
belajar ilmu kedoktoran.Seorang tidak akan menjadi doktor jika tidak
belajar dengan disiplin.
“Ilmu agama persis seperti ilmu
kedoktoran,tak akan jadi doktor orang yang tidak belajar dengan
disiplin dan dibawah bimbingan doktor yang lebih pakar”, tegasnya.
Dr.Ugi Suharto juga menjelaskan orang yang
tidak bermadzhab jangan mencela yang bermadzhab. Dan yang bermadzhab
juga tidak boleh fanatik dengan madzhabnya.
“Fanatik (ta’assub) adalah hal negatif. Namun disiplin dengan bermadzhab bukanlah termasuk ta’assub”, ujarnya.
No comments
Post a Comment