Acara Tradisi "Serak Gulo"oleh Keturunan India Muslim di Sumatera Barat
Acara Tradisi "Serak Gulo"oleh Keturunan India Muslim di Sumatera Barat Hey
Dude, Berbagai etnik dan suku kaum yang datang dari berbagai benua dan
negara dunia ke kepulauan Nusantara ini akan datang bersama budaya-adat
resam,dan anutan agama mereka.
Berbagai etnik-suku kaum dari
benua kecil India yang datang ke kepulauan nusantara ini,mereka masih
mengekalkan budaya -adat resam mereka.Walaupun mereka sudah ada sebagian
besar yang berkawin campur-berasimilasi dengan penduduk setempat di
nusantara ini misalnya etnik India Muslim-jika di Malaysia dipanggil
dengan sebuatan kaum Mamak.
Kaum India Muslim ini yang datang berhijrah ke nusantara ini majoritinya dari India Selatan seperti dari daerah Gujarat dan Tamil Nadu.
Pada artikel kali ini saya ingin share dengan Anda pembaca blog ini tentang adat resam-budaya yang masih mereka kekalkan yaitu adat tradisi 'Tebar Gula' yang di lakukan oleh sekelompok kaum India Muslim yang telah menetap ratusan tahun di kota Padang,Sumatera Barat Indonesia.
Acara 'Tebar Gula' ini jika di kota Padang disebut dalam bahasa Minangkabau sebagai 'Serak Gulo'.
Acara ini biasanya jika di Kota Padang dilakukan di di depan Masjid Muhammadan, di Pasar Batipuh, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.
Dari atap masjid yang berumur 200 tahun ini ada sekira 15 orang menghamburkan bungkusan kecil yang dibalut dengan kain warna-warni seukuran kepalan orang dewasa.
Sementara itu di depan halaman masjid telah berkumpul orang ramai, tak peduli tua, muda, lelaki atau perempuan semuanya saling berebutan bungkusan yang dilemparkan dari atap masjid tersebut. Jumlah penduduk -orang ramai yang berebutan bungkusan kecil itu ada sekitar 200 orang lebih.
Acara yang penuh kegembiraan,gelak tawa itu-sambil kederangan orang ramai berteriak-teriak 'Lemparkan disini..lemparkan kemari " dan sebagainya.
Suasana riang ini hanya berlangsung sekitar 30 menit, ditutup dengan kumandang azan Maghrib dari dalam masjid.
Itulah tradisi serak gulo (tebar gula) yang dilakukan sekelompok keturunan India di Kampung Keling dan kariah jamaah masjid.
Masjid Muhammadan adalah lokasi warga keturunan India di Padang berkumpul untuk melakukan shalat berjamaah.
Asal-muasal tradisi 'Serak Gulo'
Tradisi Tebar Gula atau Serak Gulo ini telah berlangsung selama berabad-abad di negara India, dan masih di popularkan oleh keturunan India di Kota Padang setiap tahun.
"Kegiatan ini kita lakukan untuk bernazar atau berniat dalam melakukan suatu pekerjaan atau membantu orang lain," kata Ketua Pengurus Masjid Muhammadan P Sahib Khalid.
Sebelum melakukan acara itu, penduduk yang ingin bernazar terlebih dahulu membungkuskan gula dalam sebuah kain. Ada yang berwarna putih, merah, hitam dan hijau. Setelah itu sebelum menyerahkan ke masjid, mereka terlebih dahulu melakukan wudhu' dan berdoa atau menyampaikan nazarnya kepada Tuhan, agar doa mereka dikabulkan.
Setelah itu gula yang dibungkus kecil-kecil itu diserahkan kepada pengurus masjid. Masing-masing memberikan gula-gula itu sesuai kemampuan mereka. Tak ada ketentuan berapa jumlah yang harus diserahkan pada pengurus masjid.
Satu hal yang menarik untuk kegiatan bernazar ini tidak harus orang muslim saja, tapi siapa saja boleh melakukan kegiatan bernazar ini.
"Ada juga keturunan Cina yang datang kesini memberi beberapa karung gula, kita juga tidak membatasi orang yang memberikan nazarnya pada kita, yang penting kan niat dan ketulusannya," tambah Sahib.
Acara yang dilakukan itu dalam rangka maulud seorang auliyah dari India bernama Sahul Hamid dari keturunan Syekh Abdul Khadir Jaelani-keturunan Nabi Muhammad SAW. Acara tradisi ini pertama kali dilakukan di sebuah perkampungan kecil tempat kediaman Sahul Hamid di Nagor, Naga Patinam, di daerah Tamil Nadu, India Selatan.
Kemudian tradisi ini terus berkembang.Di Singapura ada juga tradisi seperti ini. “Kalau di Indonesia mungkin hanya di kota Padang saja,
Acara tradisi ini pada awalnya ketika guru atau ulama Sahul Hamid atau orang yang memiliki kelebihan pada masyarakat setempat mendapatkan sebuah karamah(kelebihan kemulian duniawi), kemudian guru Sahul Hamid melakukan acara bersyukuran bersama penduduk setempat.
Hingga sampai dimanapun keturunan India yang ada di belahan dunia kegiatan ini terus dilakukan setiap tahun. P. Sahib Khalid menambahkan bahwa kegiatan maulud ini terus dilakukan.
Setiap tahun mereka melakukan tiga peringatan maulud. Pertama Maulud nabi Muhammad SAW pada Rabiul Awal ini dilakukan dengan pengajian dalam masjid di malam hari selepas shalat maghrib selama 12 hari.
Kemudian maulud Syekh Abdul Khadir Jaelani yang dilakukan pada Rabiul Akhir selama 11 hari dan maulud Sahul Hamid pada Jamadil Awwal dilakukan selama 10 hari acara ini akan dilakukan selama 10 hari.
Dan pada acara penutupnya diadakan “Beraarak Cendana” membawa cendana di jalan. “Tapi hanya sekitar masjid ini saja, tidak sampai diluar, itu sebagai tanda penutupan acara,”
Dalam acara ini dilakukan pembacaan kitab perjanjian dan bukan Alquran, kitab ini berisi suatu perjanjian antara manusia dengan Tuhan yang telah diturunkan oleh Sahul Hamid," terang Sahib.
Selain itu tujuannya ini untuk lebih mendekatkan diri manusia dengan Allah SWT, agar semua kegiatan kita selalu diberikan rezeki yang murah. Sebenarnya acara serak gulo ini tidak itu saja, ada juga yang memberikan emas, permata atau barang-barang yang berharga lainnya untuk dibagi-bagikan pada masyarakat.
"Tradisi serak gulo ini yang memberikan gulanya boleh juga ikutan untuk mengambil gula tersebut yang dihamburkan oleh pengurus masjid. Gula yang kita berikan mungkin akan diterima orang lain sementara gula orang lain yang kita terima,"
Orang ramai yang berebutan gula itu biasanya bisa membawa pulang satu kantong plastik gula.
Keturunan India di kota Padang banyak bermukim di kawasan Pasar Batipuh atau yang lebih dikenal dengan Kampung Keling, yang bersebelahan dengan kawasan Pondok yang majoriti didiami keturunan Cina.
Keturunan India ini datang ke Sumatera Barat untuk berdagang kemudian mereka menetap dan kahwin dengan penduduk setempat.
Acara serak gulo ini diikuti oleh keturunan India dari berbagai daerah yang ada di Sumatera Barat, termasuk dari luar daerah, seperti dari daerah Riau dan Jambi.
(?) Dan di Malaysia yang begitu ramai kaum India Muslim ini saya pribadi tak pernah mendengar dan melihat mereka melakukan acara 'Serak Gulo' ini.
Bagaimana menurut Anda ? Pernahkah mereka lakukan.jika pernah ada tolong beritahu saya dimana mereka melakukan acara tersebut.tuliskan diruang komen dibawah.
Terimakasih.
No comments
Post a Comment