Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah @ 'PAHLAWAN WANITA MINANGKABAU BERHIJAB SYAR'I YANG TERLUPAKAN'

<img src="#Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah.jpg" alt="Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah @ 'PAHLAWAN WANITA MINANGKABAU BERHIJAB SYAR'I YANG TERLUPAKAN ">

FORTUNA LIFESTYLE.COM | Tokoh "Kartini" yang tidak pernah dimunculkan profilnya. Padahal, pengaruhnya dalam dunia pendidikan begitu nyata. Bahkan sekaliber University Al-Azhar Mesir pun terinspirasi dari tindakan beliau. Dan, point yang tidak kalah penting, pakaian anggun dengan kerudung-hijab yang menutup dada itu sudah lama ada sebelum Indonesia Merdeka..Allahu Akbar.


 Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah (1900-1969) adalah salah satu pahlawan wanita milik Bangsa Indonesia, yang dengan hijab syar'i-nya tak membatasi segala aktiviti dan semangat perjuangannya.
Rahmah, begitu ia biasa dipanggil, Adalah seorang Guru, Pejuang Pendidikan, Pendiri Sekolah Islam Wanita Pertama di Indonesia, Aktivis Kemanusiaan, Anggota Parlimen Ranita Republik Indonesia[RI], dan Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia.
Ketika Rahmah bersekolah, dengan bercampurnya murid lelaki dan perempuan dalam ruangan kelas yang sama, menjadikan perempuan tidak bebas dalam mengutarakan pendapat dan menggunakan haknya dalam belajar. Beliau mengamati banyak masalah perempuan terutama dalam perspektif fiqih tidak dijelaskan secara rinci oleh guru yang notabene lelaki, sementara murid perempuan enggan bertanya. Kemudian Rahmah mempelajari Ilmu Fiqih lebih dalam kepada Syekh Abdul Karim Amrullah, (Ayahanda Buya Hamka) di Surau Jembatan Besi [1], dan tercatat sebagai murid-perempuan pertama yang ikut belajar fiqih, sebagaimana dicatat oleh Ulama dan Sastrawan Terkenal lmarhum Buya Hamka [Haji Abdul Malik Karim Amrullah].
Artikel Berkaitan; PUISI; NOSTALGIA,Memory Almarhum Buya Hamka<img src="#Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah.jpg" alt="Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah @ 'PAHLAWAN WANITA MINANGKABAU BERHIJAB SYAR'I YANG TERLUPAKAN ">

    READ MORE

Mengenali Ulama -Ulama Berasal Dari Daerah Minangkabau [1]
Mengenali Tokoh Pahlawan & Ulama-Ulama Berasal Dari Daerah Minangkabau[2]
INDONESIA MELUPAKANNYA: ULAMA PEJUANG INI DIEKSEKUSI MATI BELANDA DI PENJARA PULAU SIMARDAN

Setelah itu, Rahmah mendirikan Madrasah Diniyah Lil Banaat (Perguruan Diniyah Putri) di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat [Daerah Minangkabau] sebagai Sekolah Agama Islam khusus wanita pertama di Indonesia. Beliau menginginkan agar perempuan memperoleh pendidikan yang sesuai dengan fitrah mereka dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tekadnya, "Kalau Saya tidak mulai dari sekarang, maka kaum Saya akan tetap terbelakang. Saya harus mulai, dan Saya yakin akan banyak pengorbanan yang dituntut dari diri Saya. Jika lelaki bisa, kenapa perempuan tidak bisa?"
Rahmah meluaskan penguasaannya dalam beberapa ilmu terapan agar dapat diajarkan pada murid-muridnya. Ia belajar bertenun tradisional, Juga secara private mempelajari olahraga[sukan] dan senam dengan seorang guru asal Belanda. Selain itu, ia mengikuti kursus kebidanan di beberapa Hospital dibimbing beberapa bidan dan dokter hingga mendapat izin membuka praktek sendiri.

Berbagai ilmu lainnya seperti Ilmu Hayat dan Ilmu 'Alam beliau pelajari sendiri dari buku. Penguasaan Rahmah dalam berbagai ilmu ini yang ia terapkan di Madrasah Diniyah Putri dan dilimpahkan semua ilmunya itu kepada murid-murid perempuannya.
Pada 1926, Rahmah juga membuka program pemberantasan buta huruf bagi Ibu-ibu rumah tangga yang belum sempat mengenyam pendidikan dan dikenal dengan nama 'Sekolah Menyesal'.
Selama pemerintahan kolonial Belanda, Rahmah menghindari aktivitas di jalur politik untuk melindungi kelangsungan sekolah yang dipimpinnya. Beliau memilih tidak bekerja sama dengan pemerintah penjajah. Ketika Pemerintah Belanda waktu itu,  menawarkan kepada Rahmah agar Madrasah Diniyah Putri didaftarkan sebagai Lembaga Pendidikan Terdaftar, agar dapat menerima subsidi dari pemerintah, Rahmah menolak, dan mengungkapkan bahwa Madrasah Diniyah Putri adalah sekolah milik ummat, dibiayai oleh ummat, dan tidak memerlukan perlindungan selain perlindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Menurutnya, subsidi dari pemerintah akan mengakibatkan keleluasaan pemerintah dalam memengaruhi pengelolaan Madrasah Diniyah Putri.
<img src="#Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah.jpg" alt="Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah @ 'PAHLAWAN WANITA MINANGKABAU BERHIJAB SYAR'I YANG TERLUPAKAN ">
    READ MORE
Mengenali Etymology-Adat Budaya & Etnik "Urang Awak Minangkabau"[1]
Mempelajari Dan Motivasi Jati Diri Minangkabau Di Nagari Tuo Pariangan,Sumatera Barat
Kiprah (progress/gait) Rahmah di jalur pendidikan membuatnya mendapatkan perhatian luas. Beliau duduk dalam kepengurusan Serikat Kaum Ibu Sumatera (SKIS). Pada 1935, beliau diundang mengikuti Kongres Perempuan Indonesia di Batavia (kini Jakarta). Dalam kongres, beliau memperjuangkan hijab sebagai kewajiban bagi Muslimah dalam menutup aurat ke dalam kebudayaan Indonesia.

Pada April 1940, Rahmah menghadiri undangan Kongres Persatuan Ulama Seluruh Aceh. Ia dipandang oleh Ulama-Ulama Aceh sebagai Ulama perempuan terkemuka di Sumatera.
Kedatangan tentara Jepang di Minangkabau pada Mac 1942 membawa berbagai perubahan dalam pemerintahan dan mengurangi kualiti hidup penduduk non-Jepang. Selama pendudukan Jepang, Rahmah ikut dalam berbagai kegiatan Anggota Daerah Ibu (ADI) yang bergerak di bidang sosial. Dalam situasi perang, Rahmah bersama para ADI mengumpulkan bantuan makanan dan pakaian bagi penduduk yang kekurangan. Ia memotivasi penduduk yang masih bisa makan untuk menyisihkan beras segenggam setiap kali memasak untuk dibagikan bagi penduduk yang kekurangan makanan. Kepada murid-muridnya, beliau menginstruksikan bahwa seluruh taplak meja (alas meja) dan kain pintu yang ada pada Madrasah Diniyah Putri dijadikan pakaian untuk penduduk.

Selain itu, Rahmah bersama para anggota ADI menentang pengerahan perempuan Indonesia sebagai wanita penghibur untuk tentara Jepang. Tuntutan ini dipenuhi oleh pemerintah Jepang dan tempat prostitusi di kota-kota Sumatera Barat berhasil ditutup.
Terimbas/Terinspirasi oleh Hajjah Rangkayo Rasuna Said yang terjun ke politik lebih dahulu, dan dengan kondisi Indonesia yang semakin terpuruk oleh penjajah Jepang, akhirnya Rahmah terjun ke dunia politik. Ia bergabung dengan Majelis Islam Tinggi Minangkabau yang berkedudukan di Kota Bukittinggi.Sumatera Barat. Beliaua menjadi Ketua Hahanokai di Kota Padang Panjang untuk membantu perjuangan perwira yang terhimpun dalam Giyugun (semacam tentara PETA-Pembela Tanah Air)).
Seiring memuncaknya ketegangan di Padang Panjang, Rahmah membawa sekitar 100 orang muridnya mengungsi untuk menyelamatkan mereka dari serbuan tentara Jepang. Selama pengungsian, beliau menanggung sendiri semua keperluan murid-muridnya. Ketika terjadi kecelakaan kereta api pada 1944 dan 1945 di Kota Padang Panjang, Rahmah menjadikan bangunan sekolah Diniyah Putri sebagai tempat perawatan korban kecelakaan.
Hal ini membuat Madrasah Diniyah Putri mendapatkan piagam penghargaan dari pemerintah Jepang. Menjelang berakhirnya pendudukan Jepang, Jepang membentuk Cuo Sangi In yang diketuai oleh Muhammad Sjafei dan Rahmah duduk sebagai anggota peninjau.
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Setelah mendapatkan berita tentang proklamasi kemerdekaan langsung dari Ketua Cuo Sangi In, Muhammad Sjafei, Rahmah segera mengibarkan bendera Merah Putih di halaman Perguruan Diniyah Putri. Beliau tercatat sebagai orang yang pertama kali mengibarkan Bendera Sang Saka Merah Putih di Sumatera Barat. Berita bahwa bendera Merah Putih berkibar di sekolahnya menjalar ke seluruh pelosok daerah.
Ketika Komite Nasional Indonesia terbentuk sebagai hasil Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 22 Agustus 1945, Soekarno yang melihat kiprah Rahmah mengangkatnya sebagai salah seorang anggota.
Pada 5 Oktober 1945, Soekarno mengeluarkan Dekrit pembentukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Pada 12 Oktober 1945, Rahmah mempelopori berdirinya TKR untuk Daerah Padang Panjang dan sekitarnya. Beliau memanggil dan mengumpulkan bekas Anggota Giyugun, mengusahakan logistik dan pembelian beberapa keperluan alat senjata dari harta yang dimilikinya. Bersama dengan bekas Anggota Hahanokai, Rahmah mengatur dapur umum di Kompleks Perguran Diniyah Putri untuk keperluan TKR. Anggota-anggota TKR ini menjadi tentara inti dari Batalyon Merapi yang dibentuk di Daerah Padang Panjang.Sumatera Barat.
Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda kedua, Belanda menangkap sejumlah pemimpin-pemimpin Indonesia di Padang Panjang. Rahmah meninggalkan kota dan bersembunyi di Lereng Gunung Singgalang. Namun, beliau berhasil ditangkap Belanda pada 7 Januari 1949 dan mendekam di tahanan wanita di Padang Panjang. Setelah tujuh hari, beliau dibawa ke Kota Padang dan ditahan di sebuah rumah pegawai kepolisian Belanda berkebangsaan Indonesia. Beliau melewatkan 3 bulan berada di Padang sebagai tahanan rumah, sebelum diringankan sebagai tahanan kota selama 5 bulan berikutnya.
Pada Oktober 1949, Rahmah meninggalkan Kota Padang untuk menghadiri undangan Kongres Pendidikan Indonesia di Yogyakarta.Jawa Tengah. Beliau baru kembali ke Padang Panjang setelah mengikuti Kongres Muslimin Indonesia di Yogyakarta pada akhir 1949. Rahmah bergabung dengan Partai Islam Masyumi. Dalam Pemilu 1955, beliau terpilih sebagai Anggota Konstituante mewakili Sumatera Tengah. Melalui Konstituante, beliau membawa aspirasinya akan pendidikan dan pelajaran Agama Islam.
Pada 1956, Imam Besar Al-Azhar, Kairo, Mesir, Abdurrahman Taj, berkunjung ke Indonesia dan atas ajakan Muhammad Natsir, berkunjung untuk melihat keberadaan Madrasah Diniyah Putri. Imam Besar tersebut mengungkapkan kekagumannya pada Diniyah Putri, sementara University Al-Azhar sendiri saat itu belum memiliki bagian pendidikan khusus perempuan.
Pada Jun 1957, Rahmah berangkat ke Timur Tengah. Usai menunaikan Ibadah Haji, beliau mengunjungi Mesir memenuhi undangan Imam Besar Al-Azhar. Dalam satu Sidang Senat Luar Biasa, Rahmah mendapat gelar kehormatan “Syaikhah” dari University Al-Azhar, dimana untuk kali pertama Al-Azhar memberikan gelar kehormatan itu pada perempuan.
Buya Hamka mencatat, Diniyah Putri mempengaruhi pimpinan Al-Azhar untuk membuka Kuliyah Qismul Banaat (kampus khusus wanita) di University Al-Azhar. Sejak saat itu University Al-Azhar yang berumur 11 abad membuka kampus khusus wanita, yang diinspirasi dari Perguruan Diniyah Putri di Indonesia yang baru berusia seumur jagung.
Sebelum kepulangannya ke Indonesia, Rahmah mengunjungi Syria, Lebanon, Jordan, dan Iraq atas undangan para pemimpin negara tersebut.
Sekembalinya dari kunjungan ke berbagai negara di Timur Tengah, Hajjah Rahmah merasa bahwa Soekarno telah terbawa arus kuat PKI [ Partai Komunis Indonesia]. Ia merasa tidak nyaman berjuang di Jakarta, kemudian memilih kembali pulang ke Padang Panjang. Rahmah melihat bahwa mencurahkan perhatiannya untuk memimpin perguruannya akan lebih bermanfaat daripada duduk di kursi Parlimen sebagai Anggota DPR [Dewan Perwakilan Rakyat] yang sudah dikuasai Komunis. Ketika terjadi PRRI [Pergerakan Revolusi RI] di Sumatera Tengah akhir 1958, akibat ketidak-setujuan atas sepak-terjang Soekarno, Rahmah ikut bergerilya di tengah hutan-rimba bersama tokoh-tokoh PRRI dan rakyat yang mendukungnya.
Pada 1964, beliau menjalani operasi tumor payudara di RS Pirngadi, Medan.Sumatera Utara. Sejak itu hingga akhir hayatnya, hidupnya didedikasikan kembali sepenuhnya untuk Perguruan Diniyah Putri.
p/s, "Tampak pada foto diatas, pahlawan ini mengenakan hijab syar'i dan baju kurung basiba' dengan cara yang anggun, elegan dan modern yang menampakkan kecerdasannya dan kemajuannya dalam berfikir".
__________________________
Adaptasi artikel asal LuLu Basmah - diringkas dari berbagai sumber
Via, FB,Heni Novitasari.
Editor by Admin FortunaNetworks.Com
Kredit Photo' Pintu Gerbang Perguruan Sumatera Thawalib Putera, Padang Panjang.
 Via,suprizaltanjung.wordpress.com
_

Kredit Photo, Asrama Perguruan Diniyyah Puteri by Google Image
__________________
Info Tambahan ;
[1]
 Surau
 Jembatan Besi
 adalah Surau yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1895.  Surau tersebut terletak di lembah Padangpanjang Sebelah Barat, tepatnya arah ke jalan pemandian Lubuk Mata Kucing (Lubuak Mato Kuciang). Pemberian nama Surau ini terinspirasi dari sebuah jembatan besi yang dibangun oleh pemerintahan Belanda. Surau Jembatan Besi sering juga disebut dengan singkatan SBJ. Pemilihan lokasi pendirian SBJ ditujukan untuk memudahkan para Jamaah untuk mengambil wudhu' dan bersuci, selain itu letaknya yang juga tidak jauh dari kawasan pasar membuat SBJ ramai juga dikunjungi oleh para pedagang. SBJ juga dijadikan tempat mengadakan wirid pengajian setiap malam Jum’at, tepatnya sebelum hari pasar di Padangpanjang yaitu hari Jum’at.

Dan pada tahun 1905 Syekh Abdullah Ahmad digantikan oleh sahabatnya Daud Rasyidi karena beliau berpindah ke kota Padang. Syekh Daud berasal dari Nagari Balingka, Kabupaten Agam, sekitar 13 km sebelah selatan Bukittinggi.

Pada kepemimpinan Syekh Daud di SBJ beliau memperkenalkan pelajaran kitab-kitab kepada murid-muridnya yang waktu itu sudah mulai banyak yang datang dari sekitar Daerah PadangPanjang. Pada tahun 1907, Syekh Daud akan pergi ke Makkah, ia menyerahkan kepemimpinan SBJ Kepada adiknya Syekh Lathif Rasyidi. Akan tetapi tidak lama Syekh Latif memimpin SBJ, beliau meninggal pada tahun 1909. Dan kepemimpinan SBJ dikembalikan kepada Syekh Daud dan kemudian diserahkan kepada Syekh Abdul Karim Amrullah

Syekh Abdul Karim Amrullah, yang lebih akrap dipanggil dengan nama Haji Rasul. Dibawah kepemimpinan Haji Rasul Surau tersebut semakin maju, baik dari mutu pendidikannya maupun dari jumlah muridnya. Muridnya tidak hanya berasal dari Sumatera_Barat. tetapi juga luar Sumatera Barat seperti yang berasal dari Daerah Aceh, Tapanuli dan Malaysia.
Selain itu pada masa kepemimpinan Haji Rasul, SBJ semakin terkenal dan merupakan sumber inspirasi terbentunya Perguruan Sumatera Thawalib yang kemudian menjadi PERMI.
[Via,
https://id.wikipedia.org]
__________________________
   RELATED POST;

Antara Hukum Adat Dan Agama,Siapa Yang Wajib Menanggung Biaya Perkahwinan?
Acara Tradisi "Serak Gulo"Oleh KeturunanIndia Muslim Di Sumatera Barat

No comments