Budaya & Adat Minangkabau, Malam Bainai, Momen ‘Pelepasan’ Pengantin Perempuan yang Menyentuh Hati



<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Budaya & Adat Minangkabau, Malam Bainai, Momen ‘Pelepasan’ Pengantin Perempuan yang Menyentuh Hati">                      

Budaya & Adat Minangkabau, Malam Bainai, Momen ‘Pelepasan’ Pengantin Perempuan yang Menyentuh Hati



Edited Edition
Berdasarkan tradisi turun-temurun, pernikahan Urang Awak - Istilah panggilan untuk Orang Minangkabau. Melibatkan peranan dari keluarga besar kedua calon mempelai. Terutama pihak wanita. Setiap rangkaian prosesnya sarat akan petatah-petitih(nasihat) kehidupan. Tak hairan, meski zaman terus berganti, hal tersebut masih terus dilaksanakan hingga kini.

Pada artikel Budaya & Adat kali ini kita akan sharing tentang satu proses Adat dan Budaya pra-pernikahan Masyarakat Melayu Minangkabau yang digelar 'Malam Bainai' atau 'Malam Berinai'.

Seperti kita ketahui setiap Bangsa, Etnik/Suku dari Daerah ataupun sebuah Negara mempunyai kebudayaannya masing-masing, termasuk dalam pelaksanaan upacara pernikahan. Rangkaian ritual Adat ini biasanya dimulai sejak beberapa hari sebelumnya hingga setelah pernikahan. 

Nah, jika di Daerah Etnik Jawa biasa dilakukan proses siraman sebelum hari pernikahan, maka di Etnik Minangkabau, Sumatera Barat,Indonesia, ada ritual yang disebut ‘malam bainai’ tepatnya, malam hari sebelum hari pernikahan.

Seperti apa ya pelaksanaan Adat Malam Bainai yang dilakukan oleh calon pengantin Minang? Yups, kita telusuri sama-sama!


Malam Bainai
Dan malam hari sebelum acara akad nikah, dilaksanakan 'Malam Bainai' dikediaman calon mempelai perempuan. Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke setiap kuku calon pengantin. Tradisi ini melambangkan kasih sayang dan doa restu para sesepuh keluarga besar mempelai/pengantin wanita. Perlengkapan lain yang turut digunakan pada acara tersebut, antara lain: air yang berisi keharuman tujuh macam bunga, daun inai tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai, dan kursi untuk calon mempelai.

    READ MORE

Kisah Mengharukan, Di Balik Foto PreWedding Bukan Jaminan Naik Pelaminan, Ini Bisa Jadi Renungan
In Pictures Pre Wedding Pasangan BerUniform, Gagah & Anggun
Mempelajari Dan Motivasi Jati Diri Minangkabau di Nagari Tuo Pariangan,Sumatera Barat

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Budaya & Adat Minangkabau, Malam Bainai, Momen ‘Pelepasan’ Pengantin Perempuan yang Menyentuh Hati">

Perihal menikahkan anak gadis di Minangkabau bukan saja dianggap sebagai suatu yang sangat sakral-suci tetapi juga kesempatan bagi segenap keluarga dan kerabat untuk saling menunjukkan partisipasi dan kasih sayangnya kepada pihak yang punya hajat. Kerana itu jauh-jauh hari sebelum akad nikah dilangsungkan, semua keluarga dan tetangga terdekat akan berkumpul di rumah yang punya hajat dan ikut membantu menyelesaikan berbagai macam persiapan pernikahan.

Pada kesempatan inilah acara malam bainai itu diselenggarakan, di mana seluruh keluarga dan kerabat menunjukkan kasih sayang dan memberikan doa restunya untuk melepas calon 'anak daro' ('anak dara', sebutan untuk pengantin wanita) yang besok pagi akan dinikahkan.

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Budaya & Adat Minangkabau, Malam Bainai, Momen ‘Pelepasan’ Pengantin Perempuan yang Menyentuh Hati">                      

'Malam bainai' juga merupakan proses memakaikan inai atau daun pacar merah ke kuku-kuku jari calon pengantin wanita

Secara makna harfiah, 'bainai' artinya 'berinai' atau memakaikan inai, yang berarti melekatkan tumbuhan halus daun pacar merah yang dalam istilah Sumatera Barat disebut 'daun inai' ke kuku-kuku jari calon pengantin wanita. Tumbukan daun inai ini akan meninggalkan bekas warna merah cemerlang di kuku setelah dipakai semalaman. Selain memberi tanda bahwa wanita tersebut sudah menikah, dengan memakai inai, pengantin wanita diyakini akan terlindung bahaya atau hal-hal buruk lainnya jika sudah melewati proses ini.
Uniknya, tidak sepuluh kuku jari tangan dipakaikan inai, tapi hanya sembilan jari. Kerana sepuluh berarti sempurna, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Inai yang dipakaikan ke masing-masing kuku jari yang dipakaikan inai-pun punya doa dan makna yang berbeda-beda. Para kerabat yang memakaikan inai biasanya akan membisikkan kata-kata berisi nasihat tentang berumahtangga kepada calon 'anak daro'.

Di malam bainai, calon anak daro juga pakai busana khusus

Pakaian wajib yang dipakai selama malam bainai adalah baju tokah yang terbuka di bagian lengan dan hiasan kepala khas Minangkabau atau suntiang. Baju tokah merupakan sebuah selendang yang dipakaikan secara menyilang di dada calon anak daro namun bahu dan lengan dibiarkan terbuka. Sementara suntiang yang digunakan adalah yang tingkatannya lebih rendah daripada suntiang yang digunakan untuk upacara pernikahan. Untuk menyemarakkan suasana, orang-orang yang hadir biasanya juga mengenakan busana khusus. Baju Melayu Teluk Belanga (Malaysia; Baju Melayu Johor) untuk lelaki dan baju kurung ringan bagi wanita, begitu juga Ayah-Bunda dari calon anak daro.

Sebelum melakukan proses malam bainai, biasanya calon anak daro akan menjalani ritual mandi pada siang atau pada petang harinya


<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Budaya & Adat Minangkabau, Malam Bainai, Momen ‘Pelepasan’ Pengantin Perempuan yang Menyentuh Hati">
                  Ritual mandi-mandi via www.bridestory.com

Hampir sama dengan proses siraman dalam tradisi Suku Jawa, calon 'anak daro' dibawa dalam arak-arakan menuju ke tepian atau ke pincuran tempat mandi umum yang tersedia dikampungnya. Sebelum dimandikan, perempuan-perempuan tua yang mengiringinya, termasuk Ibu dan Neneknya membacakan doa terlebih dulu. Bedanya dengan siraman, di ritual ‘mandi-mandi’ tradisi Minangkabau hanya dipercikkan air kembang/bunga sebagai simbol saja. Air kembang ini dipercikkan menggunakan sebuah daun bernama 'daun sitawa sidingin' atau daun cocor bebek. Jumlah percikannya pun tidak boleh genap, melainkan harus ganjil dengan keyakinan bahwa angka-angka ganjil selalu berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sakral, seperti Sholat lima waktu, tujuh lapisan langit, dan masih banyak lagi.


Usai ‘mandi-mandi’, calon anak daro dibimbing kedua Ibu-Bapanya berjalan menuju pelaminan dan dipakaikan inai di kuku-kuku jarinya

<img src="Malam Bainai.jpg" alt="Mengenal Proses Pernikahan Adat Minangkabau;Tentang Malam Bainai, Momen ‘Pelepasan’ Pengantin Minangkabau yang Menyentuh Hati ">
Diiringi menuju pelaminan via www.bridestory.com

Calon 'anak daro' kemudian akan dituntun oleh kedua Ibu-Bapanya berjalan di atas kain jajakan berwarna kuning terbentang menuju pelaminan, tempat acara malam bainai dilangsungkan. Hal ini melambangkan perjalanan calon anak daro dari kecil sampai dewasa. Setiap kain yang dilewati oleh calon anak daro akan digulung oleh dua orang saudara lelaki yang mengandung arti supaya pernikahan yang ditempuhnya cukup satu kali seumur hidupnya. Sesampainya di pelaminan, calon anak daro akan dipakaikan daun inai secara bergantian oleh Ibu-Ibu yang di-tuakan. Beberapa kesenian-kesenian tradisional Minangkabau juga akan ditampilkan untuk meramaikan proses acara ini.

Ternyata, tradisi Malam Bainai tidak sesederhana menghiasi kuku calon pengantin wanita dengan daun inai, saja ya! Ada banyak pesan dan petua yang disisipkan dalam proses ini. Anda yang gadis Minangkabau, sudah siapkah menjalani proses malam bainai?
Courtesy to Source
Editor; HSZ/FortunaNetworks.Com

Kredit Ilustrasi Image; bridestory.com
Follow me at;
 
twitter.com/helmysyamza

No comments