Misteri Pulau Sabira Pulau Terpencil Nan Indah Yang Jarang Dikunjungi Wisatawan [2]

http://fazryan87.blogspot.com/2014/11/misteri-pulau-sabira-pulau-terpencil_1.html

Hey Dude,Artikel ini lanjutan dari thread sebelumnya bertajuk; Misteri Pulau Sabira Pulau Terpencil Nan Indah Yang Jarang Dikunjungi Wisatawan [1]
Menelisik Mercusuar si “Penjaga Utara”

Penjaga Utara. Itulah ungkapan yang disandang Pulau Sabira dari Kolonial Belanda sekira 1,5 abad lalu. Gelaran yang dinamakan kepada pulau ini yang  dulunya seluas 10 hektar, 9,5 hektar hingga kini 8,5 hektar akibat abrasi laut ini,kerana posisinya yang berada paling utara di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

http://fazryan87.blogspot.com/2014/11/misteri-pulau-sabira-pulau-terpencil_1.html
Untuk memperkuat gelaran itu, Belanda membangun sebuah mercusuar bernama Noord Wachter pada tahun 1869 di masa pemerintahan Raja Willem III. Mercusuar ini difungsikan sebagai tempat pengawas kapal asing yang hendak berlabuh.
Meski usia benda peninggalan sejarah ini terbilang tua, namun masih bisa berdiri tegak hingga ketinggian sekitar 50 meter atau tepatnya 42 meter itu.


 Di atas pintu masuk mercusuar, terpampang jelas tulisan bahasa Belanda yang ditampal menggunakan plakat besi.
“Onder De Recering Van Z.M Willem III Koning den Nederlande, ENZ., EnZ., ENZ., Opcerict Voor Draaslicht 1869.”
Dari informasi penjaga mercusuar bernama Langgeng (34), arti dari tulisan itu adalah: "Di bawah kekuasaan Raja Z.M Willem III dari Belanda. Didirikan untuk suar lampu pendar 1869".
Menurut Pak Langgeng, selain dibangun saat penjajahan Belanda, bahan baku mercusuar ini juga dibawa langsung dari negeri Kincir Angin menggunakan kapal uap.


Ratusan anak tangga (210 anak tangga)itu menempel di sepanjang tepian mercusuar hingga ke bagian atas. Apabila dilihat dari bawah mau pun atas, tangga berbahan besi itu tampak meliuk-liuk menyerupai gerakan seekor ular. Meski terlihat unik, namun kondisi tangganya sangat memprihatinkan.

Bahkan sambungan welding teralis itu ada yang terkelupas,sehingga bisa mengancam keselamatan penjaga yang hendak naik ke atas. Curamnya anak tangga dan minimnya udara, membuat sang penjaga mercusuar bernafas tersengal-sengal saat mendaki tangga.

Terkadang harus beristirahat di tengah jalan sambil menghirup oksigen melalui jendela di beberapa dinding mercusuar. Setelah beberapa menit beristirahat, perjalanan keatas dilanjutkan. Tepat 10 menit kemudian, barulah sampai di leher mercusuar. Jarak antara leher dengan puncak mercusuar sekitar 5 meter. Di sini bisa beristirahat bebas, karena bagian bawah yang dipijak terlapisi lempengan besi yang mengelilingi ruang mercusuar.

Rasa sesak di dada juga berangsur menghilang, ketika ada hembusan angin kencang melalui empat daun jendela di titik ini. Sang penjaga mercusuar pun tidak mengetahui pasti, ruang ini diperuntukan sebagai tempat apa. Usai berehat seketika, perjalanan dilanjutkan kembali. Hanya beberapa menit saja, langsung tiba tepat di ruang lampu mercusuar yang berada di puncak.

Posisi lampu suar berada persis di tengah-tengah ruangan. Ketika beroperasi, lampu ini akan menyala kelap-kelip menyeruak dari dalam kaca kristal yang membungkusnya. Apabila menengok lebih dalam, ukuran menthol lampu pijar cukup besar, seperti botol kemasan air mineral 1,5 liter.

Meski terbilang tua, namun rangkaian lampu pijar ini masih bisa beroperasi maksimal. Kekaguman tidak hanya pada benda peninggalan sejarah ini saja. Namun keindahan penorama di Pulau Sabira dan laut terlihat melalui balkon mercusuar.

Dalam hitungan detik, pengunjung langsung bisa melihat seluruh permukaan Pulau Sabira. Disela-sela waktu istirahatnya di balkon mercusuar, Pak Langgeng mengakui bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda ini belum pernah diperbaiki oleh pemerintah Indonesia.

“Kalau malam banyak kapal yang melintas di sekitar pulau ini. Saat itu juga, lampu mercusuar kita nyalakan. Dengan begitu, dalam radius sekitar 300-400 meter, kapal yang sedang lewat akan menjauh dari pulau ini untuk menghindari karam di sekitar pulau,” ujar Langgeng.

Langgeng mengatakan, untuk menyalakan bohlam mercusuar yang memiliki tegangan 12.000 watt, pihaknya menggunakan tiga buah mesin diesel. Satu mesin diantaranya merupakan zaman peninggalan Belanda bersamaan dengan dibangunnya mercusuar. Sementara dua mesin diesel lainnya buatan Indonesia tahun 1980-an.

“Dulunya lampu ini menggunakan tiga unit diesel, tapi kerana dua mesinnya rusak sekitar tahun 1980. Maka diganti dengan buatan Indonesia. Sementara satu mesin lagi masih bagus dan bisa dioperasikan,” kata Langgeng.


Bersambung disini;
Misteri Wujud Hantu Orang Belanda Di Mercusuar Pulau Sabira

_________________
Courtesy to icc.wp/kompassiana.com